Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Besarkanlah Anak dengan Dukungan

2 Maret 2020   23:16 Diperbarui: 2 Maret 2020   23:17 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Demikian juga jika sang anak didapati sedang menangis oleh sebab terjatuh dari kursi, yang coba dinaikinya.  Maka sang kursi yang tahu apa-apa langsung dipukuli, serta dituduh sebagai kursi yang nakal.  Sang anak berhenti menangis, dan seakan tak percaya segera berganti dengan tertawa terpingkal-pingkal melihat sang kursi kebingungan.  

Orang tua juga menyesal, karena tangannya pegal-pegal akibat terlalu keras memukul kursi yang menjadi penyebab tangis belahan jantungnya.

Perilaku tak sadar orang tua tersebut, pada dasarnya memang mampu mendiamkan jerit tangis sang anak, yang tak bisa diramalkan kapan berhentinya.  Namun acapkali menimbulkan dampak yang sangat berbahaya bagi tumbuh kembang si anak di kemudian hari, sebab dengan cara demikian sang anak diajari untuk tidak bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri.  

Segala kesalahan yang diperbuat oleh dirinya, dianggap kesalahan pihak lain.  Dirinya jatuh karena berjalan terlalu tergesa, yang disalahkan kodok yang tak tahu apa-apa.  Saat dirinya terlempar dari kursi, akibat ketidakmampuannya menggapai ketinggian kursi, yang dipukuli dan disalahkan kursi yang tak berdosa.  

Akhirnya, jangan heran jika dua anak bangsa negeri ini berselisih atau berkelahi, maka perlu menunggu hingga hari raya Idul Fitri tiba untuk saling meminta maaf dan memaafkan.  Karena kedua-duanya merasa tidak bersalah.  

Lain halnya jika seseorang diajarkan mengakui dan bertanggung jawab dengan perbuatan yang dilakukannya, maka semenit dua setelah selesai berkelahi, keduanya segera menyadari kesalahan masing-masing dan serta merta berebut saling minta maaf.  Tak perlu menunggu hari raya tiba. 

Seorang pria lokal, yang berteman dengan ekspatriat dari Korea, pernah terheran-heran.  Karena dua orang pria Korea yang sedang berbincang tiba-tiba bertengkar dengan hebat dan adu jotos beberapa menit kemudian.  

Setelah masing-masing kebagian satu pukulan, yang satu pecah bibir atasnya, yang satu lagi merah mata kanannya, dapat dipastikan keesokan harinya mata yang memerah akan membiru, mereka berdua segera berhenti saling pukul karena dilerai, atau juga karena sama-sama takut, hanya mereka yang paham alasannya.  

Selanjutnya mereka berdua berbicara dengan nada tenang, tidak meledak-ledak lagi dan bersalaman.  Karena sang pria lokal tak paham bahasa ibu kedua petinju dadakan tersebut, ia bertanya apa yang mereka bicarakan sehingga kemudian bersalaman kepada rekan Koreanya.  Jawabannya sungguh mengejutkan, ternyata pihak pertama mengatakan dirinya salah, dan minta segera minta maaf, sedangkan pihak kedua mengatakan dirinyalah yang salah. 

Bayangkan, dua-duanya berebut mengakui kesalahan.   Rasanya bagi mereka perkataan Shakespeare ada benarnya, bahwa kesalahan bukanlah pada bintang-bintang, melainkan pada diri kita sendiri.

Dukungan dan Pujian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun