Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bodoh Tidak Mau Nurut, Pintar Tak Mau Ngajar

23 Februari 2020   21:03 Diperbarui: 23 Februari 2020   21:06 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepintaran, sering diidentikan dengan kecerdasan yaitu: istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, daya tangkap, dan belajar.  Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.  

Dalam hal ini, kita menganggap bahwa kepintaran adalah kemampuan seseorang untuk menyelesaikan suatu masalah di bidang yang mereka kuasai.  Jadi pintar yang kita maksud di sini, sama juga dengan kemampuan.  Jadi seorang yang ahli di bidang olah raga, atau tehnik membuat rumah pun, kita definisikan sebagai orang yang pintar.

Dalam sebuah pepatah kuno, yang diajarkan secara turun temurun di daerah Belitung, dikenal istilah, "Bodoh tidak mau nurut, pintar tidak mau ngajar.".  Banyak kegagalan yang terjadi dalam mengerjakan sesuatu disebabkan oleh karena orang-orang yang melakukan pekerjaannya mengabaikan ajaran kuno tersebut.  

Orang-orang yang sebenarnya masuk dalam kategori "kelompok kurang pintar", tidak mau menuruti apapun yang diajarkan oleh "kelompok pintar",  atau sebaliknya orang-orang yang masuk dalam kelompok pintar tadi, tidak mau mengajari kelompok yang kurang pintar dengan alasan yang hanya dipahami oleh mereka sendiri. 

Beberapa contoh kasus di atas: remaja pemain badminton, kelompok para pemain basket dan mahasiswa baru yang sudah pintar, termasuk dalam kategori orang bodoh yang penurut.  Mereka menganggap dirinya masih bodoh dan mau belajar dari para pelatihnya, walaupun jika dilihat secara fisik, pelatih mereka berada jauh kemampuannya di bawah mereka.  

Namun mereka mau mendengarkan dan menuruti apapun yang diajarkan oleh pelatihnya.  Sedangkan untuk kasus anggota parlemen, terjadi sebaliknya.  Mereka sebenarnya merupakan sekelompok orang bodoh dalam hal menyusun peraturan ataupun membuat kebijakan, karena keahlian mereka sebenarnya adalah dalam hal mengumpulkan massa sebanyak-banyaknya untuk memilih dirinya sebagai anggota parlemen.  

Namun mereka tidak menyadarinya, dan menganggap dirinya pintar dan tidak mau mengindahkan masukan dari staf ahlinya.  Ini yang disebut sebagai, "Bodoh tidak mau nurut".  Dan kita semua pun paham apa kelanjutannya.

Sebagai contoh, koordinasi yang sempurna dari yang bodoh menurut dan yang pintar mau mengajar, adalah dalam hal pembangunan sebuah gedung megah bertingkat, fasilitas bandara, dan sejenisnya.  Amatilah, yang melakukan pekerjaan sampai titik terakhir adalah bukan tenaga ahli yang berpendidikan.  Mereka hanyalah tenaga operator yang mempunyai kemampuan teknik ala kadarnya.  

Orang yang sangat pintar, adalah orang yang merancang gedung tersebut pada awal pembangunan.  Namun lihatlah, dari orang yang sangat pintar, mengajari orang yang satu tingkat berada di bawahnya dan seterusnya sampai tingkat operator.  

Maka jadilah gedung yang persis sesuai seperti apa yang diinginkan oleh perancang pada awalnya.  Ini semata-mata terjadi karena orang yang merasa kurang pintar mengikuti sepenuhnya instuksi dari orang yang pintar.

Jadi jika ingin negara ini maju, maka orang yang bodoh sebaiknya menurut dan orang yang pintar sebaiknya mengajarlah.  Terserah bagaimana caranya.  Dengan menulis atau menyampaikan hal yang benar dan baikpun sebetulnya kita sudah ikut mengajar.  Dan jika kita masih merasa bodoh, belajarlah, jangan malu-malu untuk belajar.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun