Bakat adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di mana kemampuan tersebut sudah melekat dalam dirinya dan dapat digunakan untuk melakukan hal-hal tertentu dengan lebih cepat dan lebih baik dibandingkan dengan orang biasa. Â Pendapat lain mengatakan bakat adalah kemampuan yang ada dalam diri seseorang sejak lahir di mana kemampuan tersebut dapat digunakan untuk mempelajari sesuatu dengan cepat dan dengan hasil yang baik.
Dalam kehidupan sehari-hari, untuk bidang-bidang tertentu, misalnya; olah raga dan tarik suara ada orang atau lembaga yang kerjaannya keluar masuk kampung, mencari anak yang berbakat di bidangnya masing-masing. Â Para pencari bakat inilah yang nantinya menangkap gelagat anak yang memiliki bakat kemudian mengolah dan mengorbitkannya. Â Bahkan ada cerita, seorang bocah Aceh, korban tsunami yang selamat dari bencana, kebetulan memakai baju kaos bola Ronaldo, kemudian Martunis demikian nama sang anak diadopsilah oleh Ronaldo dan diboyong ke negaranya. Â Serta merta anak yang entah berbakat bermain sepak bola entah tidak tersebut kini menjelma menjadi pemain sepak bola. Â Bukan tak mungkin jika anak tersebut diadopsi oleh petinju legendaris Mike Tyson saat ini sang anak menjadi petinju juga, kendatipun untuk kelas ringan.
Jadi, pada dasarnya, kesuksesan seseorang bisa karena memang dia berbakat yang kemudian diasah, namun bisa juga tanpa bakat, kemudian diasah. Â Dan bukan tak mungkin pula jika seorang yang berbakat, kemudian bakatnya tersebut tidak dikembangkan maka selanjutnya bakat tersebut akan hilang sia-sia. Â Namun demikian, jika seseorang dipaksakan melakukan sesuatu yang tidak disukai, ada juga kemungkinan yang bersangkutan menjadi depresi, karena mentalnya tidak kuat menerima karena harus melakukan sesuatu yang tak diminatinya. Â Pada akhirnya semuanya terpulang kepada diri masing-masing, ada pribadi yang mampu melakukan apa yang harus dilakukan, tak peduli dia suka atau tidak. Â Ada pribadi yang hanya mampu melakukan apa yang disukai atau berdasarkan bakat yang memang sudah dimilikinya.
Selanjutnya, janganlah menghakimi seseorang yang tidak mampu melakukan sesuatu dengan perkataan; "dasar tidak berbakat...", atau menghakimi diri sendiri tatkala disuruh melaksanakan pekerjaan tertentu yang tak disukai dengan jawaban standar; "waduh saya tidak berbakat...suruh yang lain sajalah...". Â Di akhir masa, tatkala mendapati orang-orang yang tidak punya bakat apapun, kemudian sukses di kemudian hari, baru kita menyesal seumur hidup.Â
Sebagai contoh, konon para perantau dari daratan Tiongkok, sejatinya bukanlah pedagang, nenek moyang mereka konon para petani. Â Kemudian mereka merantau ke daerah lain, tak memiliki tanah, dan tak bisa bertani. Â Akhirnya mereka pilih bekerja apa saja dan merintis karir menjadi pedagang makanan, agar bisa numpang makan. Â Kini, kita tahu belaka, mereka dikenal sebagai bangsa pedagang, yang entah mereka memiliki bakat berdagang tersebut atau tidak. Â Lucunya, sampai saat ini jarang ditemukan orang yang tak beruntung, kemudian tatkala ditanya menjawab, "hidup saya senantiasa susah, melarat, karena saya tak punya bakat untuk jadi kaya..."
Tangerang, 14 Februari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H