Mohon tunggu...
Tito Prayitno
Tito Prayitno Mohon Tunggu... Notaris - Notaris dan PPAT

Ayah dua orang putri

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Budayakan Bekerja, Bukan karena Reward

11 Februari 2020   15:29 Diperbarui: 11 Februari 2020   16:20 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang terbiasa bekerja untuk mendapatkan hasil, biasanya tidak akan begitu bersemangat jika melakukan sesuatu yang hasilnya tidak terlihat nyata di depan mata, atau jangka panjang, apalagi yang hasil kerjanya tak bisa diramalkan.  Sebagai contoh, kaum nelayan dan pemburu  biasanya punya daya juang dalam hal kesabaran berbeda dengan kaum petani. 

Kaum nelayan dan pemburu, jika berangkat bekerja, pulangnya sudah dipastikan membawa hasil, sementara kaum petani, mereka menanam sekarang, hasilnya tak dapat dinikmati pada hari itu juga.  Boleh jadi berbilang hari, minggu, bulan bahkan tahun, bahkan bukan tak mungkin sia-sia akibat bencana alam atau diserang hama. 

Seorang pekerja yang mengharapkan upah, maksimal pada akhir bulan akan menerimanya, seberapa pun besarnya upah atau gaji tersebut, akan berbeda daya juangnya dengan seseorang yang memutuskan untuk merintis karir menjadi usahawan.  Oleh sebab, seorang usahawan belum jelas kapan akan memperoleh hasil dari usahanya tersebut.

Jadi alangkah bijaknya, jika setiap orang terbiasa melakukan sesuatu tanpa mengharapkan hasil, melainkan semata-mata karena sesuatu tersebut memang harus kita lakukan.  Bukankah ada yang mengatakan, bahwa mungkin hasil pendidikan yang paling berharga adalah; kemampuan kita melakukan suatu pekerjaan, tak peduli pekerjaan tersebut kita sukai atau tidak.

Bagaikan seorang pendaki gunung, saat mereka mendaki tak akan terlihat puncak gunung seperti yang dilihatnya dari kejauhan di kaki gunung.   Yang terlihat hanya hutan belantara atau semak belukar di depan mata.  Namun mereka tetap setia menyusuri jalan setapak, betapapun sangat melelahkan jiwa dan raga. 

Seorang atlit yang ingin membentuk tubuhnya menjadi bagus, harus melakukan latihan rutin yang tak jelas kapan akhirnya.  Seseorang yang memilih investasi masa depan di dunia pendidikan, tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dua puluh tahun dari saat mereka mulai menuntut ilmu, namun mereka tetap jalankan dengan penuh keyakinan akan masa depan yang lebih cerah.

Orang tua kerapkali berpesan, bekerja keraslah dari sekarang, karena jika engkau tidak bekerja keras selagi muda, maka engkau terpaksa akan bekerja keras di masa tua.  Namun jika kerja kerasmu selagi muda tak mendapatkan hasil di kemudian hari, tak mengapa, karena engkau telah terbiasa bekerja keras.

Jadi, pesan moralnya, bekerjalah sekeras mungkin karena tugas kitalah untuk bekerja keras, mengenai hasil sudah bukan urusan kita lagi.  Sebab jika kita terbiasa menuntut pamrih, maka kita akan sering menuai kecewa.  Jadilah individu pekerja, tanpa pamrih.  Hilangkan mental mengharapkan reward, tak peduli kita sudah bekerja sepenuh jiwa dan raga.  Apalagi jika tanpa bekerja keras, ingin mendapatkan hasil yang serta merta besar.  Setidaknya dengan demikian, kita sudah menyelamatkan generasi ini dari generasi pengharap imbalan, yang kadangkala diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, dan cenderung memalukan. 

Misalnya; jika ada teman yang berulang tahun, atau mencapai kesusksesan tertentu, setelah berbasa-basi dengan ucapan selamat seperlunya dilanjutkan dengan permintaan traktir makan-makan dan sejenisnya.  Demikian juga jika ada teman atau handai taulan yang pergi berlibur, selalu diingatkan dengan kata-kata yang kadang memalukan..."jangan lupa oleh-olehnya ya?".  Entah itu kebiasaan rakyat di planet mana...

Tangerang, 11 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun