Mohon tunggu...
Tito Tri  Kadafi
Tito Tri Kadafi Mohon Tunggu... Guru - Pendiri Bastra ID (@bastra.id)

Bukan anak gembala, tetapi selalu riang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penanggung Jawab Kualitas Guru Saat Ini

25 November 2022   15:30 Diperbarui: 25 November 2022   15:31 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lulus dari jurusan Pendidikan. Sejak awal, minat dan aspirasi masa depan saya selalu mengarah untuk berkecimpung di dunia pendidikan. Kenyataan yang harus diterima saat masuk jurusan ini adalah penting bagi diri sendiri untuk memperoleh pengalaman lebih banyak di luar kampus. Selain karena isu pendidikan lebih banyak direfleksikan di luar kampus, lingkungan yang tidak begitu kompetitif di jurusan ini juga menjadi dasar alangkah lebih baik jika poin pertama dilakukan.

Kenyataan bahwa mahasiswa Pendidikan tidak terlalu kompetitif agaknya bias jika dilihat dari pengalaman saja. Tiga bulan ke belakang, saya menjadi konsultan proyek pada salah satu sektor publik terbesar di bidang ini. Salah satu temuan menarik adalah 34.8% responden tidak memilih jurusan Pendidikan sebagai jurusan utama mereka.

Pembahasan soal salah jurusan agaknya hadir tidak hanya di Pendidikan. Namun, fakta bahwa lulusan Pendidikan akan menjadi pendidik mengharuskan tiap calonnya punya kapasitas yang mumpuni. Menjadikan Pendidikan sebagai jurusan back-up paling tidak akan memengaruhi capaian prestasi mereka yang tidak optimal, serta kesulitan memahami materi dan memecahkan masalah, disebabkan respons motivasi yang rendah dalam proses pembelajaran.  Sebaliknya, mereka yang punya motivasi tinggi juga belum tentu memiliki prestasi yang cemerlang selama proses studinya.

Masuk jurusan Pendidikan juga mudah jika dibandingkan dengan jurusan-jurusan sosial prestis lainnya. Melansir laman ltmpt.ac.id, dibanding Komunikasi, Psikologi, dan Manajemen, jurusan Pendidikan memiliki rasio passing grade yang lebih rendah, dengan membandingkan jumlah pendaftar dan jumlah yang diterima. Sampel yang diambil pada komparasi ini ialah jurusan Pendidikan di universitas dengan penjenamaan jurusan Pendidikan yang baik, seperti UNY, UPI, dan UNJ. Karena kemudahan masuknya, calon SDM unggul dengan kompetensi akademis yang baik tidak dapat diperoleh secara optimal di jurusan ini.

Skema tes masuk, khususnya yang tertulis untuk masuk ke jurusan Pendidikan, belum memetakan nilai kompetensi khusus, seperti kemampuan literasi dan pedagogis yang baik sebagai pertimbangan utama penyaringan calon mahasiswa. Penyaringan mahasiswa dengan kompetensi akademis dan pedagogis yang baik menjadi urgensi yang perlu dilakukan. Kelak kualitas guru yang mengampu pelajaran mampu menyampaikan tiap kompetensi dengan mumpuni.

Permasalahan lain yang muncul dalam jurusan Pendidikan adalah minat prospek mahasiswa untuk menjadi guru. Hasil survei yang sama terhadap 66 mahasiswa di 10 universitas juga menunjukkan 51.5% mahasiswa Pendidikan tidak bercita-cita menjadi guru setelah lulus. Alasan mereka berkutat pada rendahnya gaji, jenjang karir, dan lebih tertarik pada profesi lain. Ketidaktertarikan mereka turut menjadi genting, terutama pada pemenuhan kebutuhan SDM guru di daerah-daerah yang belum terpenuhi, hingga kehilangan kesempatan untuk menjadikan tiap mahasiswa unggul di jurusan Pendidikan untuk menjadi guru jika mereka tidak mau.

Refleksi dari bahasan di atas mencakup pentingnya kurikulum pembelajaran di perkuliahan untuk turut membentuk minat mahasiswa menjadi guru. Selain minat, penguatan kurikulum pembelajaran akan memengaruhi pemerolehan pengalaman mahasiswa untuk lebih siap menjadi guru. Kurikulum yang saat ini ada, mata kuliah praktikal yang menyajikan kondisi realitas pendidikan baru dimulai di tahun ketiga dan keempat perkuliahan, melalui Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) atau istilah-istilah lainnya dengan konteks mengajar di sekolah secara langsung.

Adaptasi kurikulum yang lebih siap dapat juga melihat langkah Singapura dan Inggris terhadap jurusan ini. Mata kuliah praktikal pada kurikulum jurusan Pendidikan di sana diajarkan di tiap tahun pembelajaran. Misalnya school experience, teaching assistantship, dan dua kali praktik mengajar. Konsep kurikulum yang membuat calon guru lebih siap ini besar kecilnya turut memengaruhi kualitas penyampaian pembelajaran. Terefleksikan juga dalam skor PISA yang diperoleh kedua negara tersebut, yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Indonesia.

Kualitas guru menjadi kunci lahirnya pola pendidikan yang tepat. Untuk memastikan langkah ini dapat tercapai, pemangku kebijakan baik di sektor publik dan swasta perlu bersama-sama membuat jurusan Pendidikan terlepas dari stigma negatif seperti gaji guru yang kecil, jenjang karir guru yang tidak terjamin, hingga profesi guru yang hanya menjadi back-up karena si empunya tidak diterima di profesi lain. Langkah ini kelak menjadi bentuk kolaborasi lintas sektor untuk bersama-sama menjadikan pendidikan Indonesia lebih maju. Selamat Hari Guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun