Suatu sore, Alif menerima surat dari pamannya yang sedang belajar di Mesir. Pamannya itu menyarankan agar ia melanjutkan sekolah di sebuah pondok yang ada di Jawa Timur, Pondok Madani. Dengan berat hati ia memilih mengikuti saran dari pamannya.
Sebuah kalimat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM (pondok madani) mampu mengubah hidup alif. "mantera" sakti yang diberikan kiai Rais “man jadda wajada”, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Karena itu Alif pun mulai menjalani hari-hari dipondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh.
Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa, Sulawesi. Sahibul Menara, ya itulah sebuah sebutan penghuni PM terhadap Alif dan 5 temannya itu yang selalu berkumpul di bawah menara tertinggi di Pondok Madani sambil menatap awan merangkai cita-cita mereka kedepan.
Ternyata kehidupan di PM sangatlah tidak mudah. Banyak hal baru yang harus dijalaninya, seperti setiap hari Alif mempunyai kegiatan hapalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus berbicara bahasa Arab dan Inggris selama di PM. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya.
Tetapi, berkat banyaknya pengalaman yang dijadikan motivasi oleh Alif, ia dan teman-temannya berhasil menyelesaikan perguruannya di PM. Setelah lulus dari PM, semua mimpi mereka berenam yang dulu mereka rancang di bawah menara telah menjadi nyata. Setelah mereka mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukan masing-masing. Mereka berenam telah berada di lima Negara yang berbeda. Alif merantau ke Amerika, Raja merantau ke Eropa, sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis mereka tetap berada di Negara kesatuan Republik Indonesia tercinta.
Kelebihan :
Novel ini mampu mengajak pembaca hanyut dalam kehidupan pesantren yang dijalankan tokoh utama ditambah pembaca dapat menambah pengetahuan tentang kehidupan pesantren, bahwa di pesantren kegiatannya tidak hanya belajar ilmu-ilmu agama saja, ilmu pengetahuan umum seperti bahasa inggris, bahasa arab, kesenian pun juga diajarkan. Serta mampu menginspirasi generasi muda zaman sekarang untuk tidak pernah takut bermimpi dalam meraih cita-cita.
Kekurangan :
Konflik yang ditampilkan kurang klimaks, sehingga pembaca merasa jalan cerita sedikit datar dan beberapa bacaan tentang bahasa Arab tidak diterjemahkan.
Saran :
Buku ini sangat menarik dan inspiratif ,tapi sebaiknya tidak perlu menggunakan istilah dalam bahsa arab ,apalagi kalau istilah itu tidak diterjemahkan