Bagi konten kreator, ini adalah hal yang menarik karena berdasarkan data di atas, para warganet dunia senang menghabiskan waktunya bermain sosmed dan mencari konten yang menarik.
Peluang melebarkan jangkauan mereka pun jauh lebih terbuka. Terlebih alasan berikutnya adalah mengetahui yang sedang viral. Tentu ini sangat membantu konten kreator yang sedang "burn out".
Mereka bisa memanfaatkan yang sedang viral untuk dijadikan konten alias "riding the wave". Cara ini ternyata masih efektif untuk netizen global.
Laporan Data Digital ini juga menunjukkan jika Facebook berada di urutan pertama sosial media yang paling banyak digunakan oleh para netizen global. Youtube, Whatsapp dan Instagram menyusul di belakangnya.
Tapi ketika ditanya apa sosial media yang menjadi favorit para netizen global, jawabannya adalah whatsapp. Sedangkan Instagram, Facebook, menyusul di belakangnya.
Meski twitter sudah tidak lagi digunakan banyak orang, tapi ternyata pengguna twitter dunia, menggunakan platform untuk men-tweet ini selama 5,1 jam/bulan.
Jumlah ini cukup tinggi, mengingat pengguna instagram saja menghabiskan waktu 11,2 jam/bulan. Tapi yang menarik adalah pengguna tiktok, mereka bisa menghabiskan waktu sebanyak 19,6 jam/bulan. Durasi yang sama dengan pengguna facebook.
Malah 35% dari pengguna Tiktok sudah tidak lagi menonton tv analog maupun layanan tv streaming. Ini karena kebanyakan isi dari Tiktok menyajikan cerita melalui layanan video Tiktok.
Tentu ini seperti bilah pedang. Di satu sisi, ini peluang baik bagi konten kreator bisa membuat konten storytelling yang menarik terhadap suatu cerita.
Di sisi lain, ini juga buruk. Seperti halnya yang sempat viral beberapa waktu yang lalu terkait makam upin dan ipin. Jika membuat konten storytelling hoax ini tentu tidak akan berakhir baik.
Data yang menarik lainnya adalah Filipina adalah negara yang 51,4% warganetnya mengikuti para influencer. Indonesia berada di posisi 4 dengan 34,5% warganet menggikuti para influencer.