Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Di Antara Semua Serial Marvel, "What If" Paling Tidak Populer namun Menghebohkan di Akhir Season 1

6 Oktober 2021   10:15 Diperbarui: 6 Oktober 2021   10:18 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perbandingan empat serial Marvel di Indonesia berdasarkan Google Trends. Sumber : Tangkapan layar Google Trends

Memasuki MCU Phase 4, Marvel mulai memperkenalkan berbagai macam serial yang canon alias terhubung dengan film-film layar lebar mereka. Beberapa diantaranya ada WandaVision, Loki dan terakhir adalah What If.

Selain ketiga serial tersebut di atas, ada serial Marvel lain berjudul The Falcon and The Winter Soldier. Namun, dari semua serial Marvel itu, serial What If paling tidak populer.

Penurunan hype serial Marvel ini tidak hanya terjadi di 'pasar' Amerika saja, tapi juga di Indonesia. Padahal Disney+ merupakan layanan streaming terpopuler di dunia.

Dilansir dari Screenrant, pada bulan Maret 2021, pelanggan Disney+ sudah melewati angka 100 juta pelanggan. Jumlah ini melebihi perkiraan yang sudah ditetapkan oleh pihak studio.

Di layanan streaming ini, semua tayangan yang berafiliasi dengan Disney tayang dan bisa disaksikan di sana. Salah satunya adalah beberapa serial Marvel yang masuk ke dalam Marvel Cinematic Universe Phase 4.

Serial What If sendiri sebenarnya sama menariknya dengan serial Marvel yang lainnya, mengingat ini adalah serial animasi pertama Marvel yang tergabung di MCU Phase 4.

What If sendiri memiliki cerita yang berbeda-beda setiap episode namun saling terhubung. Serial ini sendiri mengeksplor bagaimana nasib multiverse ketika bercabang dan saling terhubung.

Gambaran kekacauan ini sangat penting bagi masa depan Marvel nantinya. Mengingat di dalam live-action Marvel sendiri juga sedang melakukan hal yang sama.

Setelah diawali di serial Loki, konsep Multiverse akan hadir di Spider-Man : No Way Home dan puncaknya akan ada di Doctor Strange : Multiverse of Madness.

Tentu, serial What If ini bagian penting bagaimana Marvel memberikan sedikit gambaran ketika multiverse kacau dan ada cara untuk membetulkan kekacauan itu semua.

Namun meski serial ini begitu penting, tapi ternyata serial ini paling tidak populer di layanan streaming Disney+. Parrot Analytics melakukan analisa terkait hal ini, seperti yang disampaikan melalui laman Screenrant.

Parrot Analytics adalah salah satu pemimpin industri, mengukur permintaan online untuk berbagai acara TV untuk mendapatkan ukuran popularitas komparatif.

Grafik penonton serial Marvel di Disney+. Sumber : Screenrant
Grafik penonton serial Marvel di Disney+. Sumber : Screenrant

Dari hasil analisa Parrot Analytics, diketahui jika WandaVision menjadi serial Marvel terfavorit sejauh ini. Tapi minat penonton semakin menurun meski Marvel memberikan serial baru.

Menurut Parrot Analytics, tantangan sebenarnya bagi Marvel adalah merilis berbagai konten yang stabil dan membuat penonton tetap bertahan menonton konten tersebut.

Sedangkan WandaVision merupakan daya tarik baru di awal, sehingga tentu saja hal ini menjadi daya tarik bagi pelanggan baru Disney+ ketimbang serial yang lain.

Oleh karena itu, serial What If adalah tontonan lanjutan dari serial Marvel dan bukan tontonan untuk menarik pelanggan baru, yang menjelaskan mengapa acara tersebut bisa kurang diminati daripada acara serial MCU live-action.

Di Indonesia sendiri, hal yang sama juga terjadi terhadap empat serial Marvel ini. What If menjadi serial tidak populer berdasarkan data Google Trends.

Perbandingan empat serial Marvel di Indonesia berdasarkan Google Trends. Sumber : Tangkapan layar Google Trends
Perbandingan empat serial Marvel di Indonesia berdasarkan Google Trends. Sumber : Tangkapan layar Google Trends

Berdasarkan laman Google Trends, minat warganet terhadap serial ini sangat rendah. Namun yang menarik adalah hal ini berbanding terbalik dengan kata kunci "download what if".

Indikasinya, banyak yang lebih tertarik menonton film ini secara ilegal ketimbang menonton secara streaming resmi melalui Disney+. Pencarian di google terhadap serial animasi ini juga terbilang rendah.

Meskipun begitu, di ending season 1, serial ini menjadi ramai di media sosial setelah Marvel menjelaskan konsep kekacauan multiverse melalui animasi yang tentunya terhubung dengan MCU.

Terlebih, hal ini sangat penting bagi masa depan MCU seperti yang sudah dijelaskan di awal artikel. Kini, Marvel akan merilis episode terakhir serial What If pada hari ini. Tentunya, ini diprediksi akan cukup hype di sosial media.

Dalam materi promo terbaru episode terakhir What If, Marvel sudah menggoda para fans dengan angle cerita bagaimana jika Uatu The Watcher melanggar sumpahnya demi menyelamatkan multiverse.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun