Memasuki MCU Phase 4, Marvel mulai memperkenalkan berbagai macam serial yang canon alias terhubung dengan film-film layar lebar mereka. Beberapa diantaranya ada WandaVision, Loki dan terakhir adalah What If.
Selain ketiga serial tersebut di atas, ada serial Marvel lain berjudul The Falcon and The Winter Soldier. Namun, dari semua serial Marvel itu, serial What If paling tidak populer.
Penurunan hype serial Marvel ini tidak hanya terjadi di 'pasar' Amerika saja, tapi juga di Indonesia. Padahal Disney+ merupakan layanan streaming terpopuler di dunia.
Dilansir dari Screenrant, pada bulan Maret 2021, pelanggan Disney+ sudah melewati angka 100 juta pelanggan. Jumlah ini melebihi perkiraan yang sudah ditetapkan oleh pihak studio.
Di layanan streaming ini, semua tayangan yang berafiliasi dengan Disney tayang dan bisa disaksikan di sana. Salah satunya adalah beberapa serial Marvel yang masuk ke dalam Marvel Cinematic Universe Phase 4.
Serial What If sendiri sebenarnya sama menariknya dengan serial Marvel yang lainnya, mengingat ini adalah serial animasi pertama Marvel yang tergabung di MCU Phase 4.
What If sendiri memiliki cerita yang berbeda-beda setiap episode namun saling terhubung. Serial ini sendiri mengeksplor bagaimana nasib multiverse ketika bercabang dan saling terhubung.
Gambaran kekacauan ini sangat penting bagi masa depan Marvel nantinya. Mengingat di dalam live-action Marvel sendiri juga sedang melakukan hal yang sama.
Setelah diawali di serial Loki, konsep Multiverse akan hadir di Spider-Man : No Way Home dan puncaknya akan ada di Doctor Strange : Multiverse of Madness.
Tentu, serial What If ini bagian penting bagaimana Marvel memberikan sedikit gambaran ketika multiverse kacau dan ada cara untuk membetulkan kekacauan itu semua.