Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dilema Perfilman di Masa Pandemi, Kesuksesan Ditentukan Tayang Hybrid atau Eksklusif Bioskop

10 September 2021   19:39 Diperbarui: 10 September 2021   19:43 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi produksi sebuah film. Sumber : Mbrella Films

Salah satu dunia usaha yang mengalami babak belur di masa pandemi adalah dunia film. Tidak hanya perfilman Indonesia, tapi sudah secara global mengalami banyak masalah.

Selain harus melaksanakan protokol kesehatan ketat saat produksi film, bisnis hiburan ini juga dipusingkan dengan bagaimana film mereka akan dipasarkan.

Apakah ditayangkan eksklusif di bioskop atau dilakukan secara hybrid, rilis secara online dan juga bioskop. Hidup mati film juga didasarkan hal ini.

Jelas saja, keberlangsungan jangka panjang bisnis ini tergantung bagaimana pendapatan mereka. Jangan sampai ketika film dirilis mereka malah rugi.

Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga. Garap produksi di masa pandemi tentu sangat beresiko. Jika tidak melakukan protokol kesehatan secara ketat selama produksi, tentu penyebaran virus bisa menghambat jalannya produksi.

Produksi film bisa molor. Tentunya dengan molornya penggarapan film itu berdampak pada anggaran yang digunakan akan semakin membengkak. Belum lagi masalah perilisan film.

Masalah rilis film di masa pandemi bisa menjadi masalah besar. Pertama, tidak semua bioskop di seluruh dunia sedang beroperasi. Contohnya saja Indonesia, atau Australia yang sedang melaksanakan lockdown.

Tentu keuntungan yang didapat tidak akan sebanyak sebelum pandemi. Kedua, opsi hybrid akhirnya menjadi opsi alternatif di masa wabah ini. Opsi ini pun sama, juga memiliki banyak masalah.

Ambil saja contoh Marvel saat perilisan film Black Widow yang dilakukan secara hybrid, baik rilis di bioskop maupun di layanan streaming Disney+.

Perilisan hybrid ini membuat Disney selaku pihak rumah produksi mendapatkan gugatan dari sang aktris utama, yaitu Scarlett Johansson. Dalam gugatannya, Scarlett meminta bayaran lebih karena filmnya dirilis secara hybrid.

Padahal di kontrak, pihak studio menulis jika rilis film dilakukan secara eksklusif di bioskop. Sedangkan kenyataannya, Disney melakukan perilisan secara sepihak dengan cara hybrid.

Layanan streaming premiere access ini memiliki biaya tambahan kepada para penontonnya di luar biaya langganan layanan streaming. Biaya tambahan ini lah yang dituntut oleh Scarlett Johansson.

Masalah produksi film ini disadari oleh beberapa pihak. Contohnya saja sutradara Russo Brothers. Mereka mengalami jalan buntu usai gugatan Scarlett Johansson.

Duo bersaudara itu pikir-pikir masa depannya, bagaimana film itu akan tayang dan bagaimana mereka akan dibayar. Bahkan mereka berpotensi tidak akan garap film Marvel lagi. SELENGKAPNYA KAMU BISA BACA DI SINI.

Aktor Marvel lainnya, Benedict Cumberbatch juga menyoroti hal yang sama. Dia mengatakan jika masa pandemi ini mengubah paradigma industri dunia hiburan. Oleh karena itu harus ada perlakuan adil. SELENGKAPNYA KAMU BISA BACA DI SINI.

Di sisi lain, para pecinta film sudah sangat jenuh dengan pandemi ini dan butuh hiburan baru. Film box office menjadi salah satu hiburan di tengah kepenatan berita tentang pandemi.

Harapan bioskop dibuka tidak bisa jadi patokan. Beberapa fans tidak mempermasalahkan jika harus membayar biaya tambahan untuk menonton film baru dirilis secara online.

Namun, tidak bisa dipungkiri. Rilis secara online rawan pembajakan. Bahkan tidak butuh waktu lama bagi film yang tayang secara online sudah beredar di situs-situs download film.

Film Black Widow salah satu korbannya. Pendapatan ticketing bioskop langsung jeblok di awal-awal perilisan. Ini semua karena rilis bioskop dan layanan streaming di waktu yang sama.

Ketika film tersebut sudah beredar di situs ilegal, pastinya banyak orang lebih memilih menonton film tersebut secara ilegal. Anggapan kenapa harus bayar jika ada gratis tentu menjadi semboyan.

Film Indonesia pun juga tidak luput dari hal ini. Contohnya saja film Selesai yang diperankan oleh Anya Geraldine dan Gading Marten. Film ini juga dirilis secara online.

Meski hype film ini tinggi, tapi film ini juga mengalami nasib yang sama seperti Black Widow. Film ini sudah bisa ditonton di situs-situs ilegal, bukan situs resmi rilis film.

Dilema inilah yang kini mendera industri dunia hiburan secara global. Pandemi membuat bisnis ini semacam buah simalakama. Ibaratnya hidup segan mati pun tak mau.

Untungnya saja, film Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings mendapatkan keuntungan yang cukup. Padahal film ini menjadi coba-coba pihak studio apakah mendapatkan keuntungan yang diharapkan atau tidak.

Film tersebut dirilis hanya secara eksklusif di bioskop. Hal ini dilakukan karena efek film Black Widow yang "belum" membuat rumah produksi merasa untung, apalagi dengan sederet masalahnya.

Kini kabar terbaru, film Marvel yang lain yaitu Eternals, akan ditayangkan secara eksklusif di bioskop. Menyusul film Shang-Chi and The Legend of The Ten Rings.

Hasil kesuksesan uji coba film Shang-Chi, menjadi modal rumah produksi Disney untuk merilis film Eternals eksklusif di bioskop. Mereka merasa pede jika film Eternals akan sesukses Shang-Chi

Tapi tentu saja, di dunia bisnis hiburan tidak ada hitungan tetap seperti satu ditambah satu sama dengan dua. Banyak variable yang mempengaruhi kesuksesan sebuah film. Tinggal sejauh mana PH film tersebut berani bertaruh film yang tayang di masa pandemi akan sukses.

Gambling tayang secara eksklusif di bioskop atau dilakukan secara hybrid. Semua keputusan ini bergantung pada kecermatan dan kepintaran masing-masing rumah produksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun