Saya ajari dia berbagai macam pose, mulai duck face, senyum, menganga hingga menjulurkan lidah. Saya ajak dia bergaya, bahkan bisa dibilang saya yang pertama kali mengenalkan dia dengan device smartphone.
Mulai mengenalkan dia hewan-hewan, film superhero, kartun, hingga filter instagram yang selalu menarik bagi dirinya. Si kecil senang dengan filter ulang tahun dan filter yang bisa membuat pipi gendut karena makan biskuit.
Meski ekspresif, si kecil belum bisa diajari menyampaikan pendapat kalau lapar, kebelet pipis atau poop. Saya pun punya ide, saya ajak dia bermain game smartphone yang berjudul Tom si kucing.
Aplikasi ini mengajarkan kapan si Tom makan, tidur, bermain, mandi, pipis ataupun poop. Dengan aplikasi ini saya ajarkan si kecil hal yang sama. Agak aneh memang, tapi nyatanya berhasil.
Sekarang, setelah tiga tahun berlalu, si kecil begitu cerdas. Dia hapal lagu-lagu yang dia dengarkan sebelumnya, meski lagu itu berbahasa inggris. Malah, dia tidak mengenal warna "putih", yang dia tahu adalah "white".
Begitu juga dengan berhitung, dia awalnya hanya tahu angka dalam bahasa inggris. Butuh proses yang agak rumit agar dia juga mengenal angka dalam bahasa indonesia.
Dia sangat senang menyanyi sambil menari, sama seperti yang saya kenalkan saat dulu menggendongnya. Dia menikmati menyanyi, menari dan bermain, semua dia lakukan dalam kegiatan yang sama.
Saking aktifnya, hampir seharian dia tidak mengenal lelah. Selalu ramai tidak pernah berhenti untuk mengoceh dan bergerak. Selalu ada saja yang dinyanyikan ataupun yang dilakukannya. Sama seperti yang saya lakukan dulu saat dia baru lahir.
Tidak hanya itu, dunia boneka juga menjadi bagian dari kegiatan sehari-harinya. Bahkan sering kali saat tidur, boneka-bonekanya diajaknya tidur bersama dan tidak boleh untuk diganggu. Dunia imajinasi, sama seperti yang saya ajarkan dulu.
Si kecil juga kini dalam tahap lepas popok. Dia sudah mulai bisa menyampaikan pendapat jika lapar, haus, kebelet pipis atau ingin poop. Sama seperti yang saat saya mengenalkan mainan Tom.
Belajar dari bapak, buku dan film, saya mencoba menjadi versi ayah yang terbaik untuk anak saya. Mungkin ayah versi saya bukan yang terbaik. Tetapi, saya selalu belajar dari kesalahan dan pengalaman hidup membuat saya menjadi "The Best of Me".