Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mainan Sederhana Pun Bisa Dukung Daya Imajinasi dan Tumbuh Kembang Anak

1 Agustus 2021   08:13 Diperbarui: 1 Agustus 2021   08:12 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahkan kardus bekas juga menjadi tempat favoritnya bermain. Sumber : Dok. pribadi

Di foto artikel ini, anak saya sedang tidak diplonco oleh senior saat ospek atau orang tuanya saat sedang usil. Ini memang keinginannya pribadi. Katanya, dia ingin menjadi Spider-Man.

Makanya, dia memakai jaring bekas buah di pasar untuk jadi mainannya. Bagi dia jaring itu mirip topeng yang dipakai oleh Peter Parker saat menjadi Spider-Man. Tentu saja dia senang dengan Spider-Man karena bapaknya, pecinta segala Marvel. 

Mulai dari kartun, komik, series hingga film. Otomatis dia melihat tontonan bapaknya. Dia senang sekali dengan Spider-Man dan Hulk. Baginya Hulk itu mirip King Kong. Berbadan besar dan sering "Hooaahhhhh...." sambil mulut terbuka lebar.

Gak jarang pula jaring tersebut juga jadi "robot". Itu semua tergantung imajinasi anak saya. Jika dia bosan, ya giliran orang tuanya yang suruh pakai. Ini juga menjadi penting, bagaimana peran ortu dalam mendukung anak.

Barang sederhana sering kali tidak terpikirkan oleh kita bisa menjadi mainan terbaik bagi anak saat stay at home. Saya bangga anak saya di umurnya yang masih 3 tahun tapi penuh dengan ide kreatifnya.

Bahkan kardus bekas juga menjadi tempat favoritnya bermain. Sumber : Dok. pribadi
Bahkan kardus bekas juga menjadi tempat favoritnya bermain. Sumber : Dok. pribadi

Lihat saja, dia ingin menjadi Spider-Man dan princess disaat yang sama. Dipakailah keduanya sambil naik kardus yang ibaratnya menjadi kereta kuda. Dia terlihat sangat menikmati.

Kardus juga sering kali menjadi mainan favoritnya. Sebenarnya kardus besar itu dipakai untuk menyimpan segala mainannya. Tapi seringnya saat ini, mainan dikeluarkan dan bermain dengan kardus.

Mungkin karena saking bosannya main dengan mainannya dia. Jika sudah begitu, kadang saya mengajak dia bermain kembali dengan mainan puzzle block miliknya. Saya ajak dia berkreasi sekaligus tes bagi dia.

Saya terkadang sering melakukan tes ini, untuk melihat seberapa kreatif dan cerdas anak saya dalam menyelesaikan masalah. Dengan puzzle block, saya ajak dia bermain tembak-tembakan atau hanya sekadar bangun gedung pencakar langit.

Saya dan si kecil sering main bangun gedung pecakar langit. Dia saya tes bagaimana cara dia berpikir menyusun puzzle block yang tinggi. Awalnya memang dia jengkel dan terlihat emosi.

Saya hanya melihat dan membiarkan. Esoknya saya ajak lagi, melihat dia bermain lagi dan gagal lagi karena belum terlalu tinggi puzzle block sudah jatuh duluan. Lalu saya beri contoh di depannya.

Dia lalu memperhatikan. Di saat saya berhasil, dia senang melihat puzzle block berdiri lebih tinggi dari tinggi badannya. Saat ini, dia sudah bisa bikin gedung pencakar langit sendiri.

Ya meskipun hanya sebatas jangkauannya dia saja. Jika dia ingin lebih tinggi, dia minta tolong saya untuk bantu pasang. Dia gak segan berbagi mainan dengan saya untuk bermain bersama.

Terbaru, anak saya senang sekali bermain mandi bola di dalam bak pakaian. Dia duduk di dalam bak dan diisi bola warna-warni mainannya. Jika sudah begitu, dia pasti bakalan bilang, "papa aku mandi bola".

Sebelum PPKM, kami sekeluarga menyempatkan diri keluar makan atau main di mall, minimal sebulan sekali sebagai bentuk refreshing. Semenjak PPKM, kami sekeluarga hanya di rumah saja.

Karena kangen naik mobil, dia biasanya minta saya dorong dia saat berada di dalam bak mandi itu. Hal ini terlihat seakan-akan dia naik mobil. Saya pun sambil dorong juga bersuara layaknya mobil yang berjalan.

Di tengah keingintahuan si kecil yang tinggi, saya tidak melarang dia selama itu tidak berbahaya bagi dirinya. Misalnya saja dia melihat saya motret, dia pun ingin sekali juga motret.

Begitu juga saat saya mengetik di depan Komputer untuk kerja atau nulis artikel di Kompasiana. Dia pun sering ikut mengetik. Agar tidak mengganggu, saya beri dia keyboard bekas untuk dimainkan.

Setiap dia menekan tombol di keyboard, saya juga melakukan hal yang sama. Dia senang jika melihat di layar tertampil tulisan bergerak serasa dia sendiri yang mengetik.

Begitulah, terkadang barang sederhana di sekitar kita bisa menjadi mainan buat si kecil. Jangan pernah larang dia selama itu tidak berbahaya. Dengan itu, kreatif anak akan terbentuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun