Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hubungan Antara Surabaya dan Dr Soetomo Sang Inisiator Kebangkitan Nasional

20 Mei 2021   18:39 Diperbarui: 20 Mei 2021   19:00 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Dr Soetomo yang berada di Jalan Bubutan, Surabaya. Sumber: Bappeko Surabaya.

Kita semua tahu, 20 Mei adalah peringatan Hari Kebangkitan Nasional. Inisiatornya adalah Dr Soetomo dan para pelajar atau cendikiawan Jawa STOVIA mendirikan Boedi Oetomo.

Dilansir dari Tirto, STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) merupakan sekolah dokter untuk bumiputera, cikal-bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI).

Waktu itu, Boedi Oetomo didirikan oleh Soetomo, Soeraji Tirtonegoro, Goenawan Mangoenkoesoemo, dan lainnya. Pendirian BO dapat diwujudkan berkat gagasan Wahidin Soedirohoesodo.

Sedangkan menurut Tribunnews, lahirnya Boedi Oetomo ini menandai terjadinya perubahan bentuk perjuangan dalam mengusir penjajah, menjadi perjuangan dengan kekuatan pemikiran dan bersifat nasional.

Perjuangan yang selama ini bersifat kedaerahan, berubah menjadi bersifat nasional dengan tujuan mencapai kemerdekaan. Perjuangan yang selama ini dilakukan secara fisik, juga dilakukan dengan cara memanfaatkan kekuatan pemikiran. 

Dari Boedi Oetomo inilah yang memelopori munculnya organisasi-organisasi pergerakan di masa selanjutnya, seperti Sarekat Dagang Islam (SDI), Indische Partij, Perhimpunan Indonesia, dan Muhammadiyah.

Pada tanggal 29 Mei 1938, Dr. Soetomo tutup usia pada umur 50 tahun. Pahlawan satu ini dimakamkan di Surabaya, tepatnya di Jalan Bubutan No.85-87. Beliau meninggal tidak memiliki seorang anak. 

Di makam Dr Soetomo yang terdapat di Jalan Bubutan, juga terdapat Gedung Nasional Indonesia dan juga Museum Dr Soetomo. Di museum ini, terdapat 328 koleksi yang berupa alat-alat kesehatan dan juga foto-foto.

Koleksi tersebut merupakan koleksi barang pribadi Dr Soetomo selama hidup. Dilansir dari Kumparan, koleksi itu merupakan koleksi semasa menjadi dokter di Rumah Sakit CBZ (Central Burgelijke Ziekeninrichting) yang lalu berubah nama menjadi Rumah Sakit Simpang (saat ini sudah menjadi gedung Plaza Surabaya).

Di sana juga terdapat cerita mengenai perjuangan Dr. Soetomo semasa hidup, hingga pernikahannya dengan perempuan Belanda, Everdina J. Broering. 

Sedangkan Kompleks GNI, mempunyai gedung utama berupa pendopo yang menjadi tempat pertemuan organisasi pergerakan sebelum masa kemerdekaan.

Di sini juga lebih banyak berisi tentang sejarah perjuangan pergerakan Dr. Soetomo, dari mulai mendirikan Boedi Oetomo, Perhimpunan Indonesia, hingga pembentukan organisasi Indonesische Studie (IS) club.

Tak hanya itu, GNI merupakan tempat pembentukan Komisi Nasional Indonesia (KNI) serta pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jatim pada Agustus 1945. 

Selain itu, GNI waktu itu juga menjadi Karesidenan Kota Surabaya, serta salah satu lokasi terjadinya pertempuran 10 November antara Arek-arek Suroboyo dan Tentara Sekutu.

Ada cerita di tahun 2017, sebelum Bu Risma meresmikan museum Dr Soetomo. Saya kebetulan ikut saat Bu Risma kunjungi kompleks Gedung Nasional Indonesia hingga peresmian.

Bu Risma sempat berkeliling di kompleks GNI ini. Sempat bertanya banyak hal, salah satunya gedung Panjebar Semangat yang bersebelahan dengan kompleks Gedung Nasional Indonesia dan makam Dr Soetomo.

Hingga akhirnya memasuki gedung tua tidak terpakai saat itu dan melihat-lihat situasi di dalamnya. Di gedung ini, terdapat seperti "ruangan khusus" yang kalau masuk harus menunduk.

Ukurannya kecil, pengap, pintu masuknya pun kecil. Untuk masuk ke dalam harus bergiliran. Waktu itu, Bu Risma melihat gedung ini tidak terpakai dan sayang jika tidak digunakan.

Singkat cerita, beberapa waktu kemudian, gedung itu disulap menjadi Museum Dr Soetomo dan diresmikan pada 29 November 2017. Harapannya, warga Surabaya mengingat perjuangan yang dilakukan oleh Dr Soetomo dan bisa meneruskan harapan besarnya.

Sehingga saat berkunjung ke GNI, tidak hanya sekadar mengunjungi pendopo dan makam sang pahlawan saja. Melainkan bisa melihat lebih dekat barang peninggalan, foto, cerita apapun terkait Dr Soetomo.

Beberapa kali sekolah kebangsaan pernah dilakukan di sini. Sekolah kebangsaan sendiri, merupakan sekolah yang berisi tentang kepahlawanan di Surabaya. Muridnya adalah para pelajar se-surabaya.

Biasanya para veteran juga diajak untuk memberitahu tentang perjuangan pendahulunya di Surabaya. Selain itu, pelajar yang ikut biasanya diminta berperan aktif menampilkan performance yang menyesuaikan lokasinya.

Dari hal-hal di atas, memang gak salah Surabaya disebut sebagai Kota Pahlawan. Banyak pahlawan lahir, berkiprah dan meninggal di Surabaya. Meski begitu, perjuangannya pun pernah ditiru arek-arek Surabaya.

Surabaya sendiri sebentar lagi akan berulang tahun akhir bulan nanti, tepatnya pada tanggal 31 Mei.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun