Di tengah riuh konflik Israel-Palestina, kini berita online dan media sosial ramai dengan pengakuan mantan pilot Israel jika militer negaranya menjadi teroris. Hal itu disampaikannya kepada Anadolu News Agency.
Dilansir dari laman Middle East Monitor, Yonatan Shapira mengatakan, pemerintah dan tentara Israel sebagai "organisasi teroris" yang dijalankan oleh "penjahat perang".
"Saya menyadari selama intifada kedua apa yang dilakukan Angkatan Udara Israel dan militer Israel adalah kejahatan perang, yang meneror populasi jutaan orang Palestina. Ketika saya menyadarinya, saya memutuskan untuk tidak hanya pergi tetapi untuk mengajak pilot lain yang secara terbuka menolak untuk mengambil bagian dalam kejahatan ini." -Yonatan Shapira-
Saphira juga mengatakan, sebagai seorang anak yang tinggal di Israel, anda dibesarkan dalam pendidikan militeristik Zionis yang sangat kuat. Anda hampir tidak tahu apa-apa tentang Palestina, anda tidak tahu tentang Nakba 1948, anda tidak tahu tentang penindasan yang sedang berlangsung.
Sejak meninggalkan tentara Israel, Shapira telah melakukan kampanye yang mendorong anggota militer lainnya untuk tidak mematuhi perintah atasan mereka untuk menyerang warga Palestina.
Kampanye tersebut telah menyebabkan 27 pilot militer lainnya diberhentikan dari jabatan mereka di Angkatan Udara Israel sejak 2003.
Dalam sepekan terakhir, pesawat tempur Israel telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap warga sipil Palestina di Jalur Gaza yang terkepung, menewaskan sedikitnya 188 warga Palestina termasuk 55 anak-anak dan 33 wanita serta melukai 1.230 orang.
Wawancara dengan Yonatan Shapira lalu menyebar melalui media di seluruh dunia, termasuk sosial media. Bahkan, di sosial media, video wawancara Yonatan Shapira juga ikut viral.
"Israel is an apartheid state. My government and my military commanders are war criminals."
This is what a former Israeli Air Force pilot said about Israel's repression policies against the Palestinians pic.twitter.com/JRVo1cqIkB--- TRT World (@trtworld) May 18, 2021