Buku komik bagi sebagian orang tua dianggap bacaan yang dilarang untuk anak-anak. Orang tua saya salah satunya. Mereka lebih senang belikan buku ilmu alam dan sejenisnya dibanding komik.
Padahal, buku itu hanya sekali atau dua tiga kali baca seumur hidup saya. Dibanding komik, yang selalu saya baca terus menerus. Jika jilid terakhir habis kembali ke komik jilid pertama.
Bagi saya, komik itu membuat saya bisa berimajinasi tinggi. Contohnya saja saya berimajinasi bagaimana cara membuat alat pengubah suara mirip alat yang diciptakan Prof Agasa untuk Conan.
Karena alasan itu, ketika SMP saya senang sekali pelajaran elektro. Siapa tahu suatu saat saya bisa buat alat mirip punya Conan.
Balik lagi, orang tua saya tidak mendukung saya beli komik. Saya harus menabung sendiri, menyisihkan uang jajan saya untuk beli komik. Bahkan karena saking kepengen beli 3 sekaligus, saya puasa seminggu lebih.
Zaman dahulu, uang saku SMP saya 2.500 rupiah sehari. SMA pun cuma 5.000 rupiah sehari. Saya terbiasa dididik oleh bapak saya untuk berusaha saat kepengen sesuatu. Ya menabung.
Komik favorit saya adalah Detective Conan dan Detective Kindaichi. Saya senang belajar dari mereka. Saya tahu, jika saya keracunan apa yang harus saya lakukan, jika saya alami A harus apa.
Meskipun begitu, saya selalu dicekoki doktrin jika komik itu membuat bodoh. Tapi apa benar sih komik itu malah membuat bodoh anak?
Dilansir dari laman Pop Mama, komik itu bisa menjadi pintu anak untuk punya minat baca sejak dini. Itu dikarenakan komik lebih banyak berupa gambar dan minim teks.
Selain itu, komik punya bahasa sederhana dan tulisannya tidak serapat buku pelajaran. Sehingga, berbuki-buku komik akan diladeni dibanding berhalaman buku pelajaran.
Selain itu, komik juga mampu meningkatkan daya imajinasi dan kreatifitas. Seperti yang sempat saya ceritakan di awal, saking kepengennya punya alat mirip conan, saya antusias belajar pelajaran elektro.
Detective Conan menjadi komik yang sangat spesial dikarenakan dia memiliki alat-alat canggih yang tidak mungkin ada di jamannya. Alat itu membantunya untuk memecahkan berbagai macam kasus.
Salah satu alat canggih yang dia punyai adalah dasi kupu-kupu pengubah suara. Dengan alat itu, dia bisa meniru suara Kogoro Mouri.
Nyatanya, pengubah suara saat ini bukan hal yang mustahil dan barang baru. Salah satu karya perusahaan Adobe sudah pernah berhasil menciptakan aplikasi peniru suara seseorang.
Aplikasi ini bernama Voco. Aplikasi ini jelas berbahaya jika digunakan oleh tangan orang tidak benar untuk tujuan jahat. Karena aplikasi ini bisa meniru suaramu, padahal kamu gak pernah ngomong kalimat itu.
Tidak hanya itu, Conan menjadi spesial juga karena memiliki kacamata khusus. Kacamata ini bisa digunakan untuk tracking seseorang.
Itu merupakan teknologi khusus yang hampir mustahil di jamannya, jaman saya masih SD. Namun, teknologi ini sudah bukan mustahil lagi, karena dunia pernah heboh dengan Google Glass.
Dengan kacamata google, kamu bisa rekam, ambil gambar, video call, dan sebagainya. Devicenya pun mirip kacamata, meski kacanya kecil.
Namun, saat ini, kompetitor Google yaitu Apple berencana keluarkan produk kacamata Apple Glass. Bedanya, produk Apple ini benar-benar berbentuk kacamata.
Balik lagi ke perihal komik Detective Conan. Imajinasi memiliki teknologi canggih merupakan hal yang sangat diperlukan bagi anak-anak. Karena jika dewasa nanti, siapa tahu dia bisa memujudkan imajinasinya waktu kecil.
Dilansir dari Grid, komik juga ternyata bisa membuat anak menemukan solusi dari setiap masalah.
Ketika anak sudah mulai membca satu halaman, pasti anak akan ketagihan untuk membaca lagi dan lagi.
Nah, dari keingintahuan anak inilah anak jadi bisa menemukan solusi terbaik bagi hidupnya kelak. Buku komik jadi mendorong anak untuk mencari tahu lagi dan lagi tanpa ingin berhenti.
Selain itu, komik juga bisa menambah pembendaharaan kata. Buku komik memberikan anak kata-kata baru lengkap dengan isyarat yang tergambar dari gambaran di dalam komik.
Dan hebatnya, kosakata baru itu langsung bisa dipahami anak karena sudah ada keterangannya di dalam gambar.
Jadi, anggapan orang tua jika komik membuat bodoh menurut saya tidak tepat. Dari komik, siapa tahu anak punya imajinasi dan kreatif tinggi dan membantunya sukses kelak.
Apalagi, jika di masa depan bisa menemukan sebuah penemuan yang sangat menarik. Semua itu karena dari membaca sebuah komik
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI