Pada akhirnya mereka mengenali bahwa pejabat negara yang selama ini mereka datangi dan membantu memenuhi kebutuhan hidup mereka adalah orang yang dahulu pernah mereka singkirkan.
Mengetahui demikian, mereka akhirnya mengetahui dan mengakui jika Allah lebih memberikan kemuliaan kepada Yusuf dari pada kepada mereka. Kini di hadapan Nabi Yusuf mereka mengakui kesalahan dan dosa-dosanya.
“Tak ada celaan bagi kalian di hari ini, semoga Allah mengampuni kalian.” (QS. Yusuf: 92)
Padahal, bisa saja Nabi Yusuf membalaskan dendamnya. Dengan kekuasaan dan pengaruh yang dia miliki, dia bisa memberikan hukuman yang berat bagi saudara-saudaranya. Namun hal itu urung dilakukan.
Menurut Imam al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi dalam tafsirnya Ma’âlimut Tanzîl (2016:500), tafsir kalimat Nabi Yusuf itu berarti “tak ada kecaman bagi kalian pada hari ini dan aku tidak akan menyebut-nyebut dosa kalian setelah hari ini.”
Kedua, Nabi Yusuf tidak saja memaafkan para saudaranya dan membebaskan mereka dari celaan dan kecaman, tapi abi Yusuf juga menginginkan mereka diampuni oleh Allah atas dosa-dosanya sehingga kelak di akhirat pun mereka terbebas dari siksaan.
Sungguh betapa mulianya orang-orang yang berbuat hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Nabi Yusuf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H