Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kesuksesan Itu "Sawang Sinawang", Jalani Saja Langkahmu Sendiri

28 April 2021   21:21 Diperbarui: 28 April 2021   21:46 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesuksesan setiap orang berbeda tingkatan, jenis dan waktu. Ada yang menjadi CEO di sebuah startup di usia muda, ada pula yang menjadi Komisaris di sebuah perusahaan besar di usia matang.

Namun, kesuksesan itu sering kali membuat orang gampang berpaling dan merasa iri dengan kesuksesan orang lain. Banyak orang yang akhirnya harus meniru langkah yang sama dengan orang lain dan berharap mendapatkan kesuksesan yang sama.

Ibarat pepatah Jawa, "Sawang Sinawang". Sedangkan versi kerennya, rumput tetangga jauh lebih hijau. Melihat orang lain yang sukses, sedangkan orang tersebut sebenarnya juga melihatmu dan ingin sepertimu.

Sawang sinawang ini seperti loop yang gak pernah selesai. Saya pengen sepertimu karena sepertinya kamu lebih sukses secara finansial. Namun ternyata, kamu iri melihatku karena sukses dalam berkeluarga.

Seperti di tulisan awal saya, sukses itu banyak tingkatan, jenis dan waktu. Kesuksesan itu sudah ditentukan dari langkah pertamamu. Jika kamu tidak melangkah, ya gak akan dapat sukses itu.

Contohnya, kamu adalah seorang CEO sebuah startup besar di umur 27 tahun. Nah CEO adalah tingkatan, startup adalah jenis kesuksesan dan umur mu adalah waktu.

Karena perbedaan-perbedaan inilah, kesuksesan semua orang tidak pernah sama. Bahkan meskipun ketiga hal sama, namun hasilnya tidak akan sama. Oleh karena itu, kita harus bersyukur apapun itu bentuknya.

Contohnya saya, meskipun hanya sebagai tenaga kontrak di pemerintahan, namun beberapa teman iri melihat saya. Padahal status sama, sama-sama pegawai kontrak.

Beberapa di antara teman-teman menyampaikan jika saya terbilang lebih baik, hanya karena saya lebih dipercaya oleh pimpinan untuk hal-hal penting. Namun mereka tidak tahu, di tengah kepercayaan itu ada resiko yang begitu besar.

Meskipun begitu, saya tetap mensyukuri atas apa yang sudah saya dapatkan sampai sekarang ini. Bagi saya kesuksesan itu adalah sesuatu yang bisa membuat orang terdekat saya bisa jadi lebih baik.

Kesuksesan tidak melulu soal uang. Kesuksesan tidak melulu soal jabatan atau sejenisnya. Kesuksesan itu adalah saat kamu bisa jalani semua itu dengan bahagia.

Walau kamu seorang direktur utama perusahaan multinasional, jika kamu tidak berguna untuk orang di sekitarmu dan tidak bahagia dalam jalani hidupmu, buat apa kesuksesan itu. Semua itu hanya bersifat sementara.

Karena itu pula, kamu jangan cepet berpuas diri. Selalu persiapkan "The Next Right Things!". Semua ini saya dapatkan dari ajaran yang diberikan oleh bapak saya ketika saya masih pelajar dulu.

Untuk itu, upgrade skill dan emotional juga sangat diperlukan. Agar saat menuju jalan kesuksesan versi kita, ternyata ada masalah, kita tidak bingung harus bagaimana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun