Tulisan ini terilhami saat saya sedang bermain dengan anak kemarin malam usai pulang kerja. Dia senang sekali kalau mengajak saya bermain. Si kecil lalu bongkar-bongkar keranjang mainan dan dia pilih mainan bongkar pasang.
Anak saya sangat senang sekali mainan, apapun itu bentuknya, boneka, puppet, games app hingga mainan bongkar pasang. Mainan bongkar pasang adalah mainan favoritnya.
Kalau sudah mainan bongkar pasang bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam. Lalu apa sih menariknya bermain bongkar pasang bagi anak? Nah, saya mau berbagi cerita dan pengalaman saya bersama si kecil terkait mainan satu ini.
1. Bisa latih kesabaran
Ternyata permainan ini bisa latih anak untuk bersabar. Saya baru mengerti ini ketika anak saya jengkel saat bermain permainan ini. Kejengkelan itu bermula saat dia ingin membuat tumpukan bongkar pasang tersebut menjadi sebuah gedung "pencakar langit".
Namun ada yang membuatnya tidak bisa melakukan itu, dia pun lalu jengkel dan mulai menangis. Awalnya saya hanya melihat dan perhatikan saja, saya amati bagaimana awal mula dia bermain sampai kejengkelan itu muncul.
Lalu saya mendekatinya, bertanya dan mengajaknya ngobrol dari hati ke hati, apa yang membuatnya jengkel. Dia bercerita jika ingin membuat tumpukan bongkar pasang yang tinggi sambil menangis.
Saya pun meminta dia tenang terlebih dahulu dan memberitahu apa itu sabar. Dia pun menurut, dan mencoba ikuti apa yang menjadi saran saya.
2. Seorang problem solver
Ketika sudah mengajarinya bersabar, saya ajak dia untuk mencoba menyelesaikan masalahnya perlahan. Dia pun mengamati.
Saya pun beritahu, jika ingin membangun gedung pencakar langit, dia harus membangun pondasi yang kuat.
Jadi, harus membuat dasar yang lebar dan tebal. Saya pun memberi contoh kepadanya. Bersama dia, berdua menata mainan bongkar pasang menjadi gedung bertingkat.
Bahkan tingginya bisa mencapai sekitar 1 meter lebih, jauh diatas ketinggiannya. Lalu bagaimana caranya dia bisa pasang rubrik yang jauh diatas tingginya si kecil.
Anak saya saya gendong agar dia bisa pasang sendiri mainannya di puncak tertingginya. Saya juga beritahu untuk lebih berhati-hati dan pelan-pelan saat pasang. Terutama pegang dengan kedua tangannya. Dia pun menurut.
Saat sudah berhasil menjadi "gedung pencakar langit" dia lalu berteriak bahagia sambil berkata, "Yeaayyy... Adek bisa".
Melihatnya senang aku pun ikut senang. Aku pun lalu memeluknya sambil mengatakan jika lain kali kalau bermain apapun itu harus sabar dan tidak boleh gampang menangis. Dia harus bisa temukan solusinya sendiri.
3. Jadi pribadi yang disiplin
Selesai bangun "gedung pencakar langit" bukan berarti sudah tidak ada lagi cara memberikan ilmu kepada anak. Saya menemukan ilmu lain untuk anak saya, yaitu didik anak supaya jadi pribadi yang disiplin.
Caranya, usai bermain saya ajak si kecil belajar merapikan mainannya sendiri. Saya beritahu untuk memasukkan mainannya ke dalam plastik wadahnya satu persatu agar bisa muat masuk semuanya.
Dia pun nurut dan tampak senang. Dia memang dekat dengan saya sebagai bapaknya. Saya hampir tidak pernah memarahi jika dia berbuat salah. Malah saya melakukan pendekatan hati ke hati jika dia salah.
Saya lebih baik beritahu dia, salahnya dimana, lalu solusi untuk kesalahannya apa. Tanggung jawab usai bermain seperti apa.
Betapa senangnya saya ketika melihat si kecil menjadi anak periang, sehat, cerdas dan aktif bermain. Saya tentu juga masih belajar banyak, namun saya akan berikan yang terbaik untuk anak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI