Mohon tunggu...
Tito Adam
Tito Adam Mohon Tunggu... Jurnalis - Social Media Specialist | Penulis | Fotografer | Editor Video | Copy Writer | Content Writer | Former Journalist

Senang untuk belajar dan belajar untuk senang | Instagram @titoadamp | Email titoadamp@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Heboh Gunung Gede Pangrango, Itu Cuma Masalah "Mata" Saja!

20 Februari 2021   17:18 Diperbarui: 20 Februari 2021   17:20 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Welirang - Arjuno juga keliatan dari Suramadu. Sumber : instagram.com/ekoariswinarto

Masalah Gunung Gede-Pangrango yang kelihatan dari Kemayoran Jakarta Pusat, masih terus saja digoreng oleh media. Terbaru nyatanya foto itu merupakan asli, fix, valid, bukan tempelan. 

Nyatanya, warganet dan media masih saja goreng itu agar masih hangat diperbincangkan. Bahkan beberapa warganet menuntut agar fotografer senior Kompas Arbain Rambey meminta maaf karena anggap foto itu tempelan.

Akhirnya, berita ditutup dengan permintaan maaf Om Arbain Rambey ke Ari Wibisono, sang fotografer Gunung Gede. Menurut saya ini gentlement banget bagi Om Arbain Rambey.

Padahal gak cuma Jakarta, di Surabaya kamu juga bisa melihat gunung yang gak kalah kerennya!

Salah satu hasil foto yang bisa menjepret ini adalah hasil karya foto Eko Ariswinarto. Dulu foto - foto hasil karyanya juga sempat ramai dan viral. Namun kenapa gak heboh seperti Gunung Gede?

Tentu banyak hal yang menyangkut hal ini. Seperti judul artikel saya ini, hanya masalah "mata" saja. Tergantung dari "mata" mana kamu mau lihat hal ini. Mungkin kamu masih terbelah di kubu A dan kubu B, tapi coba ihat dari sudut pandang lain.

Saya pagi tadi ketika sedang asik berada di dunia media sosial twitter, scroll ke bawah, ke bawah, hingga akhirnya membuka sebuah komik yang membahas tentang yang viral satu ini. Inti komik meme tersebut, tokoh utama mencoba memberitahu bahwa ini semua hanya soal "mata".

Pihak netijen jangan anggap ini bohong hanya karena tidak suka dengan tokohnya. Sedangkan pihak yang lain, jangan sesumbar ini jadi indikator udara bersih.

Dari postingan itu, jika dipikir - pikir memang benar, itu hanya masalah sudut pandang saja. Dari sudut mana kamu melihat, dari "mata" mana kamu pakai.

Jika dilihat dari "mata" sosial media, foto Gunung Gede kenapa jadi ramai, dikarenakan ada "politic issue" yang memang beberapa waktu minggu terakhir sedang panas. 

Sisi A menganggap apapun yang bagus di jakarta itu hanya temporary ataupun tampilan luarnya, beda dengan kenyataan. Di pihak lain, sisi B, ada yang menganggap ketika ada yang "cantik" akan dianggap sebagai sebuah prestasi.

Akhirnya semua saling meviralkan satu sama lain, padahal belum tentu benar dan salah. tapi tetap saja ramai saling tuduh. Kenapa meributkan sesatu yang sebenarnya sepeleh. Kecuali, jarak gunung itu ratusan atau ribuan kilometer tapi tetap terlihat, itu baru heboh.

Padahal kita semua tahu, sosial media itu tempatnya bersosialisasi dan berkomunikasi. Ternyata seperti pengalaman yang sudah terjadi, di sosial media selalu membesarkan hal kecil sehingga terlihat besar. 

Belum lagi bias di sosial media, akun sosial media tidak jelas itu akun anonim atau akun asli. Bisa saja, isu ini digoreng oleh akun anonim yang memang berat sebelah, untuk giring opini masyarakat.

Itu "mata" pertama, sosial media. Sekarang kita lihat dengan "mata" kamera.

Mata kamera dan mata manusia kita dalam melihat tentu berbeda. Kita gak bisa melihat dengan mata manusia sebuah benda dari jauh, apalagi atur saturasi ataupun diafragma. Ketika malam, kita gak bisa ganti "night mode" dengan ISO tinggi.

Mata kamera tentu bisa atur itu semua. Ketika cahaya terlalu terang kamu bisa atur diafragma atau shutter speed untuk bisa dapat hasil gambar yang estetik. Belum lagi pakai lensa tele yang bisa ambil gambar jarak jauh.

Ketika sudah keluar hasil gambar, masih ada olah gambar dasar yang memang lumrah digunakan. Jika memakai smartphone bisa pakai aplikasi seperti snapsheet, lightroom, dsb.

Perubahan dasar selama tidak mengubah warna dan gambar "tempel", foto tersebut memang masih wajar. 

Tapi bukan berarti jika terlihat juga karena kualitas udara bagus. Bagaimana jika cuaca tidak mendukung sehingga tidak bisa terlihat? Apakah itu berhubungan dengan kualitas udara bagus? Tentu tidak!

Eko Ariswinarto juga jelaskan hal ini di akun Instagramnya, bagaimana dia bisa mendapatkan foto Jembatan Suramadu dengan latar belakang Gunung Welirang-Arjuno. Ini yang saya maksud, "mata" kamera berbeda dengan mata kita secara normal.

Jika sudah tahu begini, apakah kita masih saja berdebat siapa yang benar dan salah? Lalu pihak yang benar berhak untuk bully pihak yang salah? Coba kita pikirkan baik-baik. Itu hanya masalah "mata".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun