Mohon tunggu...
Titi Waluyanti
Titi Waluyanti Mohon Tunggu... Guru - Butiran debu

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Goresan Peniti

22 September 2023   22:13 Diperbarui: 22 September 2023   22:40 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Peniti dan Patah Hati (kreasi pribadi)

Goresan Peniti

Duduklah dia di sudut ruang.
Sebuah peniti kecil yang tadi dia cari sudah berada antara ibu jari dan telunjuk tangan kanannya.

Tiga goresan merah sudah menghiasi kulit lengan kirinya. Dua goresan vertikal, satu goresan horisontal.

Mungkinkah dia ingin menambah lagi goresan di tangannya tepat di depan mataku? Ataukah dia ingin bercerita kepadaku bahwa dia sudah membuat goresan di tangannya?

Dia bilang, "Bukankah lebih baik melukai diriku sendiri daripada melukai orang lain?"

Wajah itu tampak layu bak tanaman yang menanti siraman hujan yang lama dirindukan.


Meskipun bibirnya bergeming, aku tahu dia menyimpan kecewa yang dalam.
Meskipun bibirnya bergeming, aku tahu luka di palung hatinya jauh lebih menyakitkan daripada luka goresan di tangannya.

Aku tatap dia kuat-kuat. Lalu, aku bilang, "Kamu pintar. Mengapa kamu bersikap bodoh?"

Kuambil peniti itu dari dua jarinya.
Lalu aku bilang, "Berceritalah!"

                                                                                                                                                                                                          Perum GGI, 22 September 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun