Daun-daun singkong ini tumbuh dari tiga batang singkong yang suami tancapkan di sebelah rumah. Awalnya saya berharap bisa memanen singkong dari batang itu. Namun, media tumbuh tidak meyakinkan, banyak kerikil dan batu yang pastinya akan menyulitkan mengambil singkong seandainya batang itu menghasilkan singkong.
Awalnya, tumbuh daun dengan batang muda kecil dan berjamur. Saya berniat untuk membuangnya karena saya tidak yakin batang itu akan menghasilkan sesuatu yang bisa saya ambil manfaatnya. Singkong yang saya harapkan pasti tidak tidak akan ada.
Namun, seiring berjalannya waktu, pada batang itu tumbuh batang baru yang tampak kuat. Saya mengubah harapan, saya tak lagi mengharapkan singkong. Saya berharap, dari batang-batang itu tumbuh daun yang bisa saya petik sewaktu-waktu untuk sayur.
Akhirnya, pada batang-batang itu tumbuh daun yang sehat dan segar. Setiap batang yang saya petik, tumbuh batang baru yang lebih banyak, dari satu batang menjadi dua atau tiga batang baru sehingga tumbuh banyak batang. Begitu selanjutnya hingga hari ini saya masih bisa menikmati daun-daun singkong itu.
Daun-daun singkong itu bisa disayur bening karena daunnya muda dan tidak pahit. Dulu, ketika saya masih kecil, ibu saya menyayurnya dengan dicampur daun mangkokan atau daun suring sehingga sayur tambah segar dan wangi.
Hari ini, saya tidak menyayurnya menjadi sayur bening. Akan tetapi, saya rebus saja. Saya sajikan bersama sambal terasi dan lauk-pauk yang ada sebagai menu makan malam bersama keluarga pada penghujung 2022 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H