Mohon tunggu...
Titi Waluyanti
Titi Waluyanti Mohon Tunggu... Guru - Butiran debu

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Melawan Rasa Takut

2 Januari 2022   21:20 Diperbarui: 3 Januari 2022   05:27 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spot Bunder (Dokumen Pribadi)

Setelah berjalan beberapa meter dari spot sebelumnya, sampailah aku dan kawan-kawan di spot bunder. Bagiku, spot ini bukan hanya sebagai spot foto, tetapi spot senam jantung, dan spot mengendalikan emosi.

Sebetulnya, aku takut ketinggian. Akan tetapi, aku tidak mau pulang tamasya tanpa kenangan berkesan. Aku mencoba menantang diri untuk naik ke spot itu.

Kalau dari sisi utara, spot tampak tidak terlalu tinggi sehingga aku ada keinginan untuk naik ke sana.

Aku mantapkan untuk naik. Operator memasangkan tali pengaman ke bagian pinggangku. Dengan mengucap doa, aku menaiki tangga besi yang kemiringannya sekira 80°.  Ketika tinggal dua anak tangga, tidak sengaja aku melihat jurang tinggi di depan, sebelah selatan spot. Seketika, rasa takut muncul. Detak jantungku mulai lebih kencang.

"Mas, aku takut. Aku turun, ya," ucapku kepada operator.

"Tidak apa-apa, Bu. Tenang saja, " balasnya.

Aku mencoba menenangkan diri. Ada perang batin antara turun dan lanjut.

Akhirnya, aku sampai atas. Posisiku masih duduk bersimpuh. Aku takut, benar-benar takut.

"Aku turun, ya. Aku takut," kataku. Rasanya aku ingin menjerit dan melarikan diri seperti ketika menjumpai sesuatu yang menakutkan. Akan tetapi,  Itu tidak mungkin aku lakukan. Konyol sekali jika itu aku lakukan.

"Gak usah turun, gak apa-apa. Sudah sampai, kok." Kawanku menguatkanku.

"Kalau Ibu takut, saya ganti yang ini," kata operator. Dia mengganti tali pengaman yang aku pakai.

Rasa takut lagi ketika aku diminta menjauh dari lubang karena penutup akan dipasang sehingga papan atau panggung lebih luas beberapa sentimeter.

Tindakan terbaik adalah menenangkan diri.  Badanku benar-benar gemetar dan lemas. Aku butuh beberapa saat untuk menenangkan diri lagi sampai aku benar-benar tenang dan terkondisi.

Sedikit demi sedikit rasa gemetar dan lemas mulai berkurang, tetapi aku masih ketakutan untuk beringsut dari posisiku.

Akhirnya, aku bisa mengendalikan rasa takut itu. Walaupun, ketika diarahkan foto bersama dengan kaki menjuntai, spontan aku menolak. Aku duduk agak jauh dari tepi.

Tiba saatnya aku foto sendiri. Aku berani berdiri, walaupun masih agak jauh dari tepi. Aku tidak bisa bebas berekspresi karena masih menahan rasa takut. Bisalah dibayangkan ekspresi orang takut.  Aku bisa berdiri juga sudah luar biasa saat itu.  

Lagi-lagi rasa takut muncul ketika hendak turun. Kalau ada jalan lain, aku mau jalan lain yang tidak menuruni tangga dengan kemirigan 80. Namun, kenyataan tidak ada. Aku takut menuruni tangga yang tegak, takut pula kesrimpet rok lebar yang aku pakai.

Aku benar-benar ingin melepas rok agar turun tangga bisa aman. Itu tidak jadi aku lakukan meskipun aku memakai rangkapan celana panjang.

Aku menuruni tangga sambil memejamkan mata. Aku pijak tangga pelan-pelan.

"Tinggal berapa lagi, Mas?" tanyaku ke operator.

"Dua, Bu," jawabnya.

Akhirnya aku sampai ke bawah lagi dengan selamat.  Aku berhasil melawan rasa takut walaupun rasa gemetar dan lemas masih berasa sampai beberapa jam.

Inilah pengalamanku tamasya di Kalibiru, Kulonprogo pada  hari pertama tahun ini, 1 Januari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun