Mohon tunggu...
Titi Waluyanti
Titi Waluyanti Mohon Tunggu... Guru - Butiran debu

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Maulid Nabi 2021: Bermedia Sosial Secara Bijak

19 Oktober 2021   15:56 Diperbarui: 19 Oktober 2021   16:00 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Bermedia Sosial (sumber: pixabay.com)

Pada dasarnya, manusia sebagai makhluk sempurna karena mempunyai akal dan berbudi bahasa. Oleh sebab itu, selayaknya setiap manusia sebagai makhluk berakal dan berbudi bahasa selalu berusaha menjadikan dirinya lebih baik, baik dalam hal perkataan maupun perbuatan.

Pada era digital ini, memang tidak bisa disangkal bahwa kita dengan mudah mengekspresikan isi hati atau pikiran melalui media sosial. Banyak media sosial yang memfasilitasi kita untuk melakukan itu. Terserah kita mau menggunakan media yang mana.

Kita perlu mengingat filosofi Jawa yang mengatakan "Ajining diri saka lathi".  Ajining diri berarti harga diri, saka lathi berarti dari dari bibir. Bibir di sini bermakna ucapan. 

Jadi, "Ajining diri saka lathi" bermakna harga diri seseorang dari ucapannya.  Dari filosofi itu kita diingatkan untuk berbicara yang baik-baik sehingga harga diri dan kehormatan kita terjaga.

Perkataan yang keluar dari mulut seseorang menunjukkan kualitas diri seseorang itu. Jika perkataannya baik, menunjukkan bahwa orang itu baik. Begitu sebaliknya.

Perkataan yang baik biasanya akan membawa kebaikan dan kedamaian bagi yang mendengarnya. Perselisihan dan pertengkaran bisa dihindarkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan." (HR. Bukhari)

Pada era digital, yang bisa bicara tidak hanya mulut, namun jari jemari kita juga.  Kalau tidak bijak mengolah rasa dan kata,  jari jemari bisa mengubah kedamaian dan ketenteraman menjadi perselisihan dan perseteruan antarpribadi, golongan, dan masyarakat, yang barangkali tidak diinginkan.

Alangkah bijak jika sebelum jari jemari menari di atas keyboard, kita pikirkan dahulu perkataan yang akan kita ucapkan atau tuliskan, kita olah dahulu menjadi perkataan yang enak dicerna, kita perhitungkan dampak yang akan timbul dari perkataan itu.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaklah ia mengucapkan perkataan yang benar atau (lebih baik) diam, ...." (HR. Bukhari-Muslim).

Jika setiap pribadi bisa menjaga lidah dan tangannya, niscaya kedamaian dan ketenteraman selalu terjaga.

Mari kita maknai Maulid Nabi 2021 dengan menjadikan diri  sebagai pribadi yang lebih baik, yang bijak dalam bermedia sosial demi menjaga kedamaian dan keternteraman. 

Bukankah suasana damai dan tenteram dalam bermasayarakat sangat kita dambakan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun