Mohon tunggu...
Titis Setyabudi
Titis Setyabudi Mohon Tunggu... Angon Kahanan -

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kematianmu Sungguh Menakutkan

29 Maret 2016   09:03 Diperbarui: 29 Maret 2016   12:41 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (Q.S Al-baqarah : 28)

Kematian adalah sesuatu yang pasti. Dia hadir untuk segala sesuatu yang hidup. Dia ada karena ada hukum sebab akibat, ada hukum biner bahwa segala sesuatu di dunia ini berpasang-pasangan; siang-malam, pria-wanita, atas-bawah, besar-kecil, gelap-terang, hidup-mati. Kematian adalah kewajaran, satu hal yang lumrah. Dia hanya mengikuti hukum kejadiannya saja. Dia hanya makhluk yang hanya menjalankan fungsi dari penciptanya.

Tidak ada yang menakutkan dari proses alamiah tersebut. Kita hanya mengikuti proses alamiah yag sudah diciptakan penulis cerita. Tapi tidak ada satupun makhluk yang tidak khawatir dengan datangnya kematian.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S Ali Imran: 185)

Kematian itu menakutkan karena belum ada yang berpengalaman atau berkesempatan mengintip alam kematian. Kematian itu menakutkan karena kita tidak sekedar melewatinya; di sana ada surga dan neraka. Surga-neraka adalah konsekuensi logis dari kehidupan dunia. Surga hanya menerima orang yang berbekal kebaikan dunia. Kematian itu menakutkan karena tidak ada orang yang berani mengaku orang baik dan memastikan diri menjadi penghuni surga.

Kita hanya bisa mengenali alam kematian atau barzah dari catatan-catatan kitab suci atau dari hadits-hadits nabi. Misalnya kisah berikut ini. Kisah tentang sifat kehidupan alam barzah, bermula ketika Rasulullah SAW berangkat ke Masjid. Beliau hendak melaksanakan Shalat berjamaah. Saat Beliau tiba di Masjid mendapati pemuda dan para sahabat sedang tertawa riuh rendah, hingga tertawa itu sambung menyambung. Menyaksikan hal itu, Baginda Rasulullah SAW bersabda; "Wahai sahabat-sahabatku, seandainya engkau sempat mengingat mati, pastilah engkau tidak akan sempat tertawa tertawa seperti hari ini. Sepanjang hidupmu akan terkesan oleh proses mati itu (karena sangat memprihatinkan), setiap hari pekuburan menanti kedatangan orang orang yang akan dikuburkan - Aku merupakan semak semak atau debu yang angker, penuh dengan serangga (maksudnya, menunggu  orang mati).

Kematian itu begitu dekat dengan kita. Tidak bisa kita lari darinya. Kematian mengikuti kita. Dia menunjukkan keberadaannya ketika kita menderita sakit. Begitu dekat jarak itu ketika kita terbaring tidak bisa menikmati kenikmatan yang kita rasakan ketika sehat. Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S Al Jumu’ah : 7-8)

Mengingat kematian akan membuat orang sibuk untuk membekali dirinya dengan kebaikan. Karena hanya kebaikan yang bisa menjadi teman kita di alam kematian. Barzah akan merindukan orang-orang yang baik dan sebaliknya.

Saat alam barzah melihat orang-orang yang beriman meninggal dunia,  maka alam barzah bergembira sambil mengucapkan; "Aku sampaikan selamat datang wahai orang mukmin, diantara manusia yang ada di bumi, hanya engkaulah manusia yang aku senangi. Bagus benar hatimu, sebab engkau dikuburkan di tempatku. Kini, lihatlah bagaimana aku (barzah) menghibur dan menyenangkan hatimu. Pada saat itu, liang kubur yang sempit itu melebarkan dirinya (barzah) seluas luasnya dengan pemandangan yang sangat indah untuk orang yang beriman tersebut. Salah satu pintu pintu surga terbuka dan membawa keharuman semerbak dan wewangian menerpa si mukmin yang bahagia.

Namun sebaliknya, jika yang mati orang-orang yang tidak beriman. Maka barzah menjadi geram dan marah. Maka ia berkata; Wahai engkau, sungguh malang nasibmu, engkaulah manusia yang paling aku benci. Sekarang rasakanlah pembalasanku di kubur ini. Lantas, kubur yang sangat sempit itu makin menyempit dan menghimpit manusia yang tidak beriman tersebut. Seluruh tubuh dan tulang belulang si kafir  saling berhimpitan, jerit dan tangis si kafir tak dihiraukan oleh kubur.. (naudzubillah min dzalik). Setelah itu, datanglah 70 ekor ular naga dan binatang berbisa  menyiksa si kafir hingga hari kiamat. (Sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun