anemia pada remaja putri sebesar 37,1% dan mengalami peningkatan menjadi 48,9% di 2018, dengan proporsi anemia ada di rentang usia 15-24 tahun dan 25-34 tahun. Hal ini semakin menegaskan bahwa kesehatan remaja sangat krusial bagi keberhasilan pembangunan kesehatan, terutama dalam usaha mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas bagi masa depan.Â
Anemia merupakan keadaan di mana jumlah sel darah merah kurang dari batas normal. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Litbangkes Kemenkes RI tahun 2013, prevalensiRemaja putri mempunyai risiko tinggi mengalami anemia dibandingkan remaja laki-laki. Hal ini dapat terjadi sebab setiap bulan remaja putri mengalami menstruasi. Selain itu, remaja putri juga memiliki pola makan yang tidak sehat, misalnya extreme diet dengan tujuan mencapai berat badan ideal.Â
Anemia dapat mengakibatkan menurunnya imunitas sehingga tubuh menjadi lebih rentan terkena penyakit, penurunan konsentrasi dan fokus yang dapat menurunkan prestasi, bahkan penurunan kebugaran serta produktivitas.Â
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah anemia pada remaja putri. Pertama, remaja putri dapat mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) secara rutin. TTD bisa dikonsumsi sebanyak 1 butir dalam seminggu. Suplementasi zat besi untuk remaja putri telah dimulai sejak tahun 2014 dan sekarang menjadi bagian dari intervensi khusus yang ditujukan untuk mengurangi stunting. Kemudian, remaja putri juga dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang di dalamnya mengandung zat besi. Tak lupa juga untuk tetap rajin berolahraga agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik. Jika diperlukan, remaja putri bisa melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin untuk memastikan kadar sel darah merah masih dalam batas normal.
Referensi
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/waspadai-anemia-pada-remaja-putri/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H