Belum lama ini kita dikejutkan oleh berita tentang meninggalnya anak seorang pengendara ojol karena makan sate beracun. Sate ini diperoleh sang pengendara ojol karena nama yang dituju tidak merasa kenal pada pengirimnya, sehingga menolak untuk menerima sate tersebut, dan memberikannya pada pak driver ojol.
Sesampainya di rumah, karena cinta kasih seorang ayah, pak ojol memberikannya pada anaknya, yang belum tentu sehari-hari bisa makan sate.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.
Ternyata sate tersebut mengandung racun yang mematikan, sehingga tak berapa lama setelah memakannya, si anak meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi rojin. Semoga kelak si anak menjadi penjemput ayah bundanya menuju surga Firdaus. Aamiin yaa robbal alamiin.
Tulisan ini tak hendak menyorot kasus ini dari sisi apapun, juga tak ingin berdebat masalah takdir dan ajal, namun hanya ingin mengambil hikmah bagi kita selaku pihak yang sering menggunakan jasa ojol, baik sebagai pengirim ataupun penerima barang.
Ada SOP yang sepertinya kini menjadi suatu keharusan untuk kita lakukan, dan kita pesankan kepada orang rumah, atau siapapun, yang suatu saat akan mengirim atau menerima barang melalui ojol ataupun kurir lainnya.
Sebagai pengirim barang, kadang kita ingin memberi surprise pada teman, membelikannya sesuatu namun tak memberitahukannya. Hal ini sah-sah saja, namun kita jangan lupa menuliskan nama kita sebagai pengirim di paket tersebut, apalagi jika berupa makanan, karena boleh jadi surprise kita bisa gagal total jika si penerima tak dapat mengetahui siapa pengirimnya, tak berani memakannya, dan tak berani pula memberikannya pada sembarang orang, mengingat kasus sate beracun ini. Maka jalan satu-satunya adalah membuang makanan tersebut daripada berisiko menghilangkan nyawa orang tak berdosa.
Penulis mengalami sendiri kasus ini beberapa hari yang lalu. Menerima makanan tanpa nama pengirim. Sedangkan dalam kasus sate saja, ada nama pengirim namun tak dikenal maka tak diterima, apalagi jika tanpa nama pengirim.
Setelah lacak sana sini bak detektif Hercule Poirot, akhirnya diketahui juga siapa pengirimnya. Barulah setelah itu kami berani memakannya.
Dengan menulis nama kita sebagai pengirim, yakinlah bahwa surprise tetap akan terlaksana dengan baik dan sukses. Penerima tentu akan langsung berkabar pada kita, makanan akan dimakan, dan tidak akan menjadi mubazir.
Andaipun berupa barang, tetap menguatirkan jika kita tak tau itu dari siapa.
Sangat disayangkan bukan, jika hanya karena kelalaian kita semata dalam menulis nama pengirim ini maka makanan akan terbuang percuma, dan surprise pun gagal total.
Jika kita sebagai penerima barang, pesankan pada siapapun yang ada di rumah, untuk selalu bertanya pada pengantar paket, siapa nama pengirim barang tersebut, karena tidak jarang dalam paket tersebut tidak mencantumkan sama sekali nama ataupun ucapan dari si pengirim.
Jika tak ada nama pengirim, dan tak pernah ada kawan yang menghubungi kita sebelumnya bahwa si kawan akan mengirim sesuatu, maka pastikan untuk menolak paket tersebut, apapun bentuknya, karena kita tak akan pernah tahu apakah barang tersebut layak dimakan atau tidak.
So, mari kita saling menjaga kehati-hatian dalam bertindak mengirim dan menerima paket, agar tak terulang kejadian serupa, baik pada orang lain, terlebih pada keluarga kita sendiri.
Semoga Allah selalu melindungi kita semua. Aamiin yaa robbal alamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H