Mohon tunggu...
Titis Rahma
Titis Rahma Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

Blogger, Storyteller, Dreamer. Chemistry UM '16

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Aladdin 2019 dan "Women Empowerment"

16 Juni 2019   21:13 Diperbarui: 18 Juni 2019   03:27 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Princess Jasmine dan Aladdin - (Disney)

Siapa sih yang tidak mengenal sosok Aladdin? Bagi anda yang melewati era '90-an, sebagian besar mengenali pria pemilik teko ajaib ini bukan. Tentu saja juga mengenal sosok Jin dan Princess Jasmine. Tokoh-tokoh tersebut hadir dalam animasi Aladdin versi 1992 yang diproduksi oleh Disney.

Baru-baru ini muncul film live action Aladdin versi 2019 yang yang juga diproduksi oleh Disney. Film yang disutradarai oleh Guy Ritchie ini merupakan remake dari Aladdin 1992 dulu. 

Terdapat beberapa perbedaan baik adegan maupun karakter yang dihadirkan dalam film Aladdin kali ini. Salah satunya adalah penggambaran karakter Princess Jasmine. 

Pada Aladdin 1992, Princess Jasmine digambarkan sebagai wanita yang lemah lembut. Sedangkan pada versi 2019, Princess Jasmine hadir sebagai wanita tegas, independent, dan berani membela keadilan. 

Terdapat satu adegan Princess Jasmine menyamar menjadi rakyat biasa. Kemudian, tanpa segan ia melarikan diri menuju pasar demi menyaksikan keadaan rakyatnya secara langsung. 

Jiwa sosialnya begitu terlihat ketika rela mencuri roti dari salah satu penjual untuk diberikan kepada dua anak yang sedang kelaparan. Sebagai akibatnya, ia diburu oleh orang pasar. Untunglah, Aladdin membantu Putri Jasmine untuk melarikan diri. 

Salah satu mimpinya ialah memberikan kesejahteraan dan keadilan untuk rakyat. Satu-satunya cara untuk mewujudkan hal tersebut adalah menjadikan dirinya sebagai Sultan. 

Namun peraturan yang tertulis di kerajaan menyatakan bahwa Sultan adalah laki-laki. Mimpinya yang kedua yaitu menghapus peraturan bahwa Putri Sultan harus menikah dengan pangeran. 

Princess Jasmine merasa bahwa peraturan tersebut cukup menghilangkan hak-nya. Sebab ia tak bisa memilih pendamping hidup yang diinginkan sendiri, yakni Aladdin, seorang rakyat biasa.

Princess Jasmine berusaha dengan gigih untuk mewujudkan impiannya. Tentu saja tidak mudah. Ia harus menghilangkan pengaruh jahat dari penasehat kerajaan bernama Jafar. Dengan bantuan Aladdin dan Genie, Jasmine mampu mewujudkan semuanya. 

Karakter Princess Jasmine yang dibalut dengan drama memukau menggambarkan dengan jelas women empowerment yang sedang ia perjuangkan. Hal tersebut lebih tergambar lagi dari emosi dan gestur Jasmine yang diekspresikan ketika menyerukan keadilan dalam lagu berjudul "Speechless". Women Empowerment ini tentu patut dijadikan inspirasi bagi kita semua, terutama perempuan.

Sekilas tentang Women Empowerment

Sebenarnyaarnya apa sih "women empowerment" itu? Sesuai dengan pemahaman saya, istilah ini dapat didefinisikan sebagai usaha untuk mewujudkan aspirasi, mimpi, dan cita-cita perempuan. 

Pada dasarnya, women empowerment bertujuan untuk mendapatkan pengakuan akan potensi dan kelayakan yang dimiliki perempuan dalam menentukan tindakan dan pilihan sendiri. 

Manfaat Women Empowerment bagi Perempuan

Fenomena yang terjadi hingga saat ini, sebagian perempuan masih terkungkung oleh gender. Keluarga dan lingkungannya cenderung membatasi ruang gerak dan pilihan hidup yang harus ia jalani. 

Tak jarang pula lingkungan mengharuskan perempuan meredam potensinya dan bergantung kepada laki-laki. Keadaan tersebut kadang mengakibatkan perempuan tidak mampu memperjuangkan hak-nya serta berujung pada kasus KDRT. Kenyataan tersebut patut menjadi alasan pentingnya women empowerment.

Di-era modern seperti saat ini, jumlah populasi perempuan terus meningkat. Hal ini menjadi manfaat apabila potensi yang ada pada diri perempuan dikembangkan dan didayagunakan dengan baik. Oleh karenanya, women empowerment menjadi hal yang krusial saat ini. Sebab memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Menciptakan karakter perempuan yang mandiri dan percaya diri. 

Perempuan yang mandiri dan percaya diri tentu mampu melakukan banyak hal bermanfaat bagi keluarga maupun lingkungannya. Salah satu akibatnya adalah perempuan mampu mandiri secara ekonomi sehingga dapat mengurangi angka kemiskinan.

2. Meningkatkan kecerdasan perempuan. 

Perempuan perlu memiliki kecerdasan lebih, sebab tugas utamanya adalah mendidik anak. Dengan kecerdasan tersebut, ia mampu mencetak generasi yang lebih berkualitas. 

3. Mendayagunakan potensi yang dimiliki perempuan. 

Tak bisa dipungkiri, perempuan tetap memiliki berbagai potensi yang berbeda dengan laki-laki. Contohnya dalam suatu lingkungan kerja, perempuan cenderung lebih luwes dalam berkomunikasi dan bernegosiasi.

4. Perempuan mampu memperjuangkan haknya. 

Dengan berbekal 3 poin di atas, perempuan lebih berani memperjuangkan hak asasinya. Hal ini tentu bermanfaat untuk mengurangi persebaran eksploitasi seksual dan kekerasan dalam rumah tangga.

Dapat disimpulkan bahwa women empowerment berpotensi memperbaiki karakter dan kapabilitas perempuan agar mampu melakukan tindakan dan membuat keputusan secara tepat dan mandiri. Alhasil, perempuan dapat melaksanakan kewajibannya dengan baik serta memberikan manfaat lebih bagi lingkungannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun