_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Pada Rabu, 25 September 2024, pukul 10.30 WIB, Surau Pondok Ketek di Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat, menyambut kunjungan istimewa dari Gubernur Sumatera Barat, Bapak Mahyeldi Ansharullah, S.P, beserta rombongan. Kunjungan ini merupakan bagian dari silaturahmi dan ziarah ke tempat bersejarah yang menyimpan peninggalan penting, yaitu pakaian Syaikh Burhanuddin Ulakan, seorang ulama besar yang meninggalkan jejak mendalam di Sumatera Barat.
Disambut hangat oleh Hery Firmansyah, Tuanku Khalifah Syaikh Burhanuddin Ulakan ke XV, beserta mamaknya, Tuanku setempat, dan Titip Elyas Tuanku Sulaiman, acara ini dipimpin oleh Ustadz Abdurrahman Saputra, yang sebelumnya telah berkomunikasi langsung dengan Hery Firmansyah untuk menyambut kedatangan rombongan gubernur.Â
Kehadiran Bapak Mahyeldi Ansharullah bukan hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya dan agama, tetapi juga sebagai upaya untuk lebih memperhatikan dan mengembangkan potensi wisata religi di kawasan ini.
Setibanya di Surau Pondok Ketek, acara dimulai dengan kata sambutan dari Hery Firmansyah Tuanku Khalifah Syaikh Burhanuddin Ulakan ke XV. Dalam sambutannya, Hery Firmansyah menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT dan bershalawat kepada Rasulullah SAW.Â
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Gubernur Mahyeldi Ansharullah beserta rombongan yang telah menyempatkan waktu untuk berkunjung. Dalam kesempatan tersebut, Hery Firmansyah mengisahkan sejarah Surau Pondok Ketek, yang kini menjadi tempat penyimpanan pakaian peninggalan Syaikh Burhanuddin.
"Surau Pondok Ketek ini merupakan peninggalan yang sangat bersejarah," ujar Hery Firmansyah. "Surau ini dulunya adalah rumah kaum kami, Suku Guci, dan di sinilah Syaikh Burhanuddin singgah setelah pulang dari Aceh. Saya adalah khalifah ke-15, melanjutkan warisan khalifah sebelumnya, H. Bermawi, yang telah berpulang ke rahmatullah."
Ia juga menegaskan bahwa Surau Pondok Ketek telah diakui sebagai benda cagar budaya, mengingat nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Selain itu, Hery Firmansyah juga menyampaikan bahwa Syaikh Burhanuddin Ulakan meninggalkan warisan berupa 53 manuskrip kitab klasik, yang sebagian besar berkaitan dengan kajian tasawuf.Â
Salah satu manuskrip yang terkenal adalah *Tazkirah al-Ghabi*, sebuah syarah dari karya Ibnu Arabi, seorang sufi agung. Namun, hanya 48 manuskrip yang berhasil diselamatkan hingga hari ini.
Setelah sambutan dari Hery Firmansyah, Ustadz Abdurrahman Saputra memberikan kesempatan kepada Gubernur Mahyeldi Ansharullah untuk menyampaikan sambutan. Dalam tanggapannya, Gubernur Mahyeldi menyatakan rasa kagumnya terhadap kekayaan sejarah yang dimiliki Ulakan, khususnya yang terkait dengan Syaikh Burhanuddin. Ia juga menekankan pentingnya pengembangan kawasan wisata religi di Ulakan, dan berjanji untuk memberikan perhatian lebih terhadap tiga kawasan utama wisata religi di daerah ini dengan mengupayakan bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah.
Setelah acara resmi selesai, Hery Firmansyah dan Gubernur Mahyeldi Ansharullah berbincang secara pribadi di ruangan tertutup selama 20 menit. Isi pembicaraan tersebut masih dirahasiakan, tetapi diyakini berkaitan dengan upaya pelestarian budaya dan pengembangan lebih lanjut kawasan tersebut.
Kunjungan ini ditutup dengan sesi foto bersama, di mana rombongan gubernur dan tuan rumah saling bertukar senyum dan salam. Pada pukul 11.50 WIB, Gubernur Mahyeldi beserta rombongan berpamitan, meninggalkan Surau Pondok Ketek dengan semangat dan harapan untuk melihat Ulakan semakin berkembang sebagai pusat wisata religi di masa depan.Â
Kunjungan ini tidak hanya mempererat silaturahmi antara pemerintah dan masyarakat, tetapi juga meneguhkan komitmen bersama dalam melestarikan warisan sejarah Syaikh Burhanuddin Ulakan yang berharga bagi generasi sekarang dan mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H