_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Pada hari Selasa, 3 September 2024, pukul 12.15 WIB, rombongan siswa-siswi SMA YDB Lubuk Alung tiba di Mesjid Raya Syaikh Ahmad Khatib Alminangkabawi, Sumatera Barat. Setelah melakukan kunjungan ke Balai Pelestarian Nilai Budaya wilayah III Sumatera Barat, mereka melanjutkan perjalanan ke masjid yang megah ini, yang terletak di Jl. Khatib Sulaiman, Alai Parak Kopi, Kec. Padang Utara, Kota Padang. Masjid ini tak hanya dikenal karena arsitekturnya yang indah dan megah, tetapi juga sebagai salah satu simbol spiritual dan sejarah kebanggaan masyarakat Minangkabau.
Rombongan yang terdiri dari puluhan siswa, guru, dan staf sekolah tampak antusias namun lelah setelah serangkaian kegiatan pagi hari yang padat. Sesampainya di masjid, mereka disambut dengan suasana yang tenang dan menyejukkan. Langit yang cerah dan angin sepoi-sepoi membuat suasana semakin mendamaikan. Di bawah naungan kubah besar masjid, para siswa bersiap untuk beristirahat sejenak. Mereka duduk bersama di dekat bus yang terparkir dan dekat hembusan angin untuk menikmati makan siang yang telah disiapkan oleh pihak sekolah.
Makan siang itu bukan hanya sekadar momen untuk mengisi perut yang lapar, tetapi juga menjadi waktu bagi para siswa untuk saling berbagi cerita dan pengalaman yang mereka dapatkan selama perjalanan ini. Di sela-sela canda tawa, mereka menyadari betapa berharganya kesempatan untuk belajar langsung dari tempat-tempat bersejarah ini. Setelah makan siang, mereka pun melaksanakan sholat Zhuhur berjamaah, meresapi ketenangan dan kekhusyukan di dalam rumah Allah.
Pukul 14.30 WIB, setelah mengisi energi dengan makan siang dan menjalankan ibadah, rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya adalah Museum Adityawarman yang berlokasi di Jl. Diponegoro No.10, Belakang Tangsi, Kec. Padang Barat, Kota Padang. Museum ini dikenal sebagai museum kebudayaan yang menyimpan berbagai benda peninggalan bersejarah Minangkabau dan wilayah Sumatera lainnya. Setibanya di sana, rombongan disambut oleh panduan museum yang memberikan penjelasan mendalam tentang sejarah dan budaya yang dipamerkan.
Para siswa tampak terpukau saat melihat koleksi artefak dan benda-benda bersejarah yang memperlihatkan kejayaan Minangkabau di masa lampau. Dari senjata tradisional hingga pakaian adat, mereka mempelajari bagaimana budaya Minangkabau terbentuk dan berkembang melalui zaman. Setiap sudut museum menjadi saksi bisu sejarah yang mereka kagumi dengan penuh rasa ingin tahu.
Waktu terus berlalu, dan pada pukul 15.41 WIB, rombongan kembali bergerak menuju destinasi terakhir dalam kunjungan mereka---Pantai Air Manis, yang terletak di Kec. Padang Selatan, Kota Padang. Pantai ini terkenal dengan legenda Malin Kundang, kisah anak durhaka yang dikutuk menjadi batu karena menolak mengakui ibunya. Tiba di pantai pada pukul 16.25 WIB, para siswa bergegas menuju situs bersejarah itu.
Di tepi pantai yang luas dengan ombak yang tenang, mereka melihat formasi batu yang dipercaya sebagai peninggalan Malin Kundang. Sambil mendengarkan kisah yang diceritakan oleh guru-guru mereka, para siswa merenungi nilai-nilai moral dari legenda tersebut. Batu yang terletak di tepi pantai itu seolah menjadi saksi nyata dari kisah yang sering mereka dengar sejak kecil.
Perjalanan ini bukan hanya sekadar wisata, melainkan sebuah pelajaran hidup yang penuh makna. Setiap tempat yang mereka kunjungi memberikan wawasan baru dan memperkuat rasa cinta mereka terhadap warisan budaya Minangkabau. Rombongan kembali pulang dengan hati yang penuh, membawa kenangan yang tak terlupakan dari perjalanan budaya mereka di Sumatera Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H