Mohon tunggu...
Titip Elyas
Titip Elyas Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar, pendakwah, wartawan, penulis, wirausahawan muda, dan bisnisman

Menulis, membaca, traveling, dan bisnis/menarik dan energik/positif, indah, politik, sosial budaya, humaniora, kesehatan, bisnis, pengusaha, dan jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Doa di Dalam Gobah Syaikh Buya Ungku Shaliah Kiramatullah: Tahlilan Syukuran Tuanku Afredison

22 Agustus 2024   22:38 Diperbarui: 23 Agustus 2024   01:29 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari dokumen pribadi Titip Elyas Tuanku Sulaiman 

Penulis : Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Pada Kamis malam, 22 Agustus 2024, setelah sholat Maghrib, suasana di Pasar Panjang, Sungai Sariak, tampak tenang dengan hujan rintik-rintik yang mulai membasahi bumi. Di tengah suasana yang khusyuk itu, sebuah acara tahlilan digelar di Gobah Syaikh Buya Ungku Shaliah Kiramatullah, dalam rangka syukuran menunaikan nazar Tuanku Afredison, S.Psi, setelah dikukuhkan menjadi anggota DPRD Kabupaten Padang Pariaman untuk periode kedua, 2024-2029.

Dari rumah pribadinya, Tuanku Afredison memulai perjalanan menuju Gobah. Ia berangkat bersama Nurdin Tuanku Sultan, yang akan memimpin tahlilan dan doa syukuran. Tuanku Afredison menaiki mobil Nurdin Tuanku Sultan, yang melaju pelan di jalanan yang mulai basah oleh hujan. Dalam perjalanan, suasana dalam mobil terasa tenang namun penuh harapan, karena malam ini adalah wujud rasa syukur yang telah lama dinantikan.

Di belakang mereka, Adi Tuanku Bandaro dan Labay Indra Mardison mengikuti dengan motor masing-masing. Suara mesin motor mereka bergema di antara derasnya hujan, namun semangat mereka tak luntur sedikit pun. Mereka berdua melaju dengan hati-hati, memastikan setiap tetes hujan tak menghalangi niat baik mereka untuk menghadiri acara yang sakral ini.

Tak lama setelahnya, Titip Elyas Tuanku Sulaiman dan Indra Febriadi juga menyusul dengan motor Supra X 125 PGM-FI mereka. Meskipun kehujanan di jalan, kedua sahabat ini tetap melaju dengan tekad kuat. Baju yang basah dan dinginnya malam tak menghalangi mereka untuk turut hadir dalam momen penting ini. Di balik rintik hujan, mereka berdua saling melempar senyum tipis, seolah saling menguatkan bahwa perjalanan ini adalah bagian dari pengorbanan kecil dalam memenuhi undangan syukuran ini.

Sementara itu, Ramli Tuanku Malin sudah lebih dulu tiba di Gobah Syaikh Buya Ungku Shaliah Kiramatullah. Ia menunggu dengan sabar di depan pintu gobah, menyambut setiap tamu yang datang dengan senyuman hangat. Gobah itu sendiri berdiri kokoh, dikelilingi oleh aroma hujan yang menyegarkan, dan dinding-dinding tembok yang berusia puluhan tahun tampak tenang menyaksikan berkumpulnya para tokoh ini.

Setibanya di Gobah, mereka semua duduk bersila dengan penuh khidmat. Di bawah cahaya lampu temaram, Nurdin Tuanku Sultan memimpin tahlilan dengan suara yang lantang namun lembut, mengisi setiap sudut ruangan dengan lantunan doa yang menggetarkan hati. Setiap kata yang terucap dari mulutnya adalah ungkapan rasa syukur yang mendalam, membawa para hadirin lebih dekat dengan Sang Pencipta. 

Doa syukuran yang dipimpin Nurdin tak hanya dipanjatkan untuk keberhasilan Tuanku Afredison, tetapi juga untuk keselamatan dan keberkahan bagi semua yang hadir malam itu. Sementara itu menyusul guru kita yaitu Shabardi Tuanku Kuniang dengan penuh semangat walaupun terlambat datang di acara syukuran tahlilan Tuanku Afredison di Gobah Syaikh Buya Ungku Shaliah Kiramatullah.

Waktu terasa berjalan perlahan dalam keheningan penuh makna. Doa-doa yang dilantunkan terasa begitu khusyuk, mengiringi hujan yang turun semakin deras di luar. Namun, di dalam Gobah, kehangatan persaudaraan dan rasa syukur yang tulus mengalir di antara mereka.

Menjelang waktu Isya, acara tahlilan akhirnya selesai. Mereka menutup dengan doa bersama, sebelum beranjak meninggalkan Gobah satu per satu. Hujan masih mengguyur ketika mereka keluar, namun kini terasa lebih menenangkan, seakan alam turut mendoakan perjalanan mereka pulang. Di bawah langit yang kelam, mereka kembali ke rumah masing-masing, membawa serta berkah malam itu dalam hati yang penuh syukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun