Mohon tunggu...
Titip Elyas
Titip Elyas Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar, pendakwah, wartawan, penulis, wirausahawan muda, dan bisnisman

Menulis, membaca, traveling, dan bisnis/menarik dan energik/positif, indah, politik, sosial budaya, humaniora, kesehatan, bisnis, pengusaha, dan jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Era Digitalisasi: Peluang dan Tantangan bagi Tenaga Kerja Konvensional

12 Juni 2024   22:35 Diperbarui: 12 Juni 2024   22:44 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Rabu, 12 Juni 2024, suasana di Kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) terasa sibuk. Deputi Digital Theodore Sutarto, dengan wajah serius namun penuh keyakinan, memaparkan sebuah visi tentang masa depan dunia kerja di Indonesia yang semakin didominasi oleh teknologi digital. Theodore menggarisbawahi bahwa meskipun digitalisasi ekonomi yang didorong oleh pemerintah membawa banyak peluang, ada tantangan besar yang harus dihadapi, terutama hilangnya beberapa lapangan kerja konvensional.

Dalam presentasinya, Theodore menjelaskan bahwa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) akan menggantikan pekerjaan-pekerjaan rutin dan berulang. "Terutama pekerjaan yang bersifat administrasi, akan tergantikan. Itu bisa bergantung algoritma," katanya. Algoritma AI telah membuktikan dirinya mampu menangani tugas-tugas administrasi dengan cepat dan akurat, yang berarti banyak posisi administrasi manusia mungkin tidak lagi diperlukan.

Namun, Theodore juga memberikan harapan dengan menyebutkan bahwa beberapa pekerjaan baru akan muncul, seperti programming dan pekerjaan yang berhubungan dengan mesin kecerdasan. Ia mencontohkan sektor perbankan, di mana pekerja mulai tergeser oleh pembayaran nirtunai atau cashless. "Artinya pengelolaan perbankan bisa saja sudah tidak akan dibutuhkan," jelasnya. Teknologi ini memungkinkan transaksi dilakukan tanpa interaksi manusia, mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja di sektor ini.

Selain itu, Theodore menyinggung tentang teknologi otomatisasi mobil listrik yang bisa menggantikan tenaga sopir. "Jadi tenaga kerja sekarang harus siap shifting (beralih)," ujarnya. Menurutnya, ini adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari karena pemerintah mendukung transformasi digital yang berkontribusi besar pada perekonomian.

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah telah mengambil langkah-langkah proaktif. Salah satu upaya utama adalah melalui program Prakerja, yang kini fokus pada digitalisasi sektor publik seperti layanan pesan antar cepat atau on demand service. "Kami berupaya agar masyarakat dapat mengakses keterampilan baru yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja di masa depan," jelas Theodore. Program ini dirancang untuk memberikan pelatihan keterampilan digital yang sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa depan.

Lebih dari itu, pemerintah juga melakukan pemetaan pekerjaan yang akan dibutuhkan dalam sepuluh tahun ke depan dengan berkonsultasi dengan pelaku industri. "Dialog konstruktif terus dilakukan untuk menangkap pasar kerja sepuluh tahun mendatang seperti apa," ungkap Theodore. Dengan upaya ini, diharapkan kebijakan yang diambil dapat mendukung transformasi digital sekaligus meminimalkan dampak negatif pada tenaga kerja.

Paparan Theodore menegaskan bahwa transformasi digital adalah sebuah keniscayaan yang harus dihadapi dengan kesiapan dan adaptasi. Meskipun tantangan besar menanti, dengan persiapan yang matang dan pelatihan yang tepat, masyarakat Indonesia dapat menyambut era digitalisasi dengan optimisme. "Kita tidak dapat menghindari perubahan ini, tetapi kita dapat mempersiapkan diri untuk menyambut masa depan dengan optimisme," pungkasnya.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan kesiapan tenaga kerja untuk beradaptasi, era digitalisasi ekonomi diharapkan tidak hanya membawa tantangan, tetapi juga membuka peluang besar bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun