Penulis : Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT
Pada hari Minggu pagi, tanggal 9 Juni 2024, pukul 09.58 WIB, Aula Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyyah Batang Kabung di Kota Padang dipenuhi oleh sejumlah tokoh agama dan penggiat keilmuan Islam dari seluruh Sumatera Barat. Acara pertemuan akbar ini diselenggarakan oleh Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional, sebuah forum yang dibentuk untuk mempererat silaturahmi dan meningkatkan kualitas kajian keislaman di provinsi tersebut.
Buya Ahmad Damanhuri Tuanku Mudo, yang bertindak sebagai protokol acara, membuka pertemuan dengan mempersilakan DR. Zalkhairi Tuanku Bagindo, Ketua Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional dan peneliti risalah Tuanku, untuk menyampaikan sambutan pembukaan. Dalam sambutannya, Zalkhairi Tuanku Bagindo menekankan pentingnya halaqah ini sebagai wadah untuk mencari dasar-dasar hukum dan solusi bagi berbagai persoalan umat, serta sebagai sarana memperkuat kegiatan sosial kemasyarakatan di Sumatera Barat. Ia juga mengapresiasi peran aktif anggota grup WhatsApp Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional dalam mendiskusikan berbagai isu keislaman.
Selanjutnya, Buya Ahmad Damanhuri Tuanku Mudo mempersilakan Buya Tuanku Abusani dari Ambung Kapur Padang Pariaman, seorang ahli hisab rukyat taqwim, untuk memberikan sambutannya. Tuanku Abusani menyoroti pentingnya memadukan ilmu falak dengan kajian keislaman sehari-hari, serta mendorong anggota majelis untuk terus menggali ilmu dan meningkatkan kualitas ibadah.
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Buya Prof. Duski Samad, Guru Besar Halaqah Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional dan pengurus besar PERTI Sumatera Barat. Prof. Duski Samad mengisahkan awal mula pembentukan grup WA Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional, yang dimulai dari pertemuan tiga tokoh agama terkemuka untuk menanggapi kritik terhadap ceramah keagamaan. Ia menegaskan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk menyatukan persepsi dan pemahaman kajian keislaman, serta memajukan pendidikan agama di Sumatera Barat.
Sambutan berikutnya disampaikan oleh Drs. Azwandi Rahman, MM, Wakil Bendahara PBNU Sumatera Barat. Dalam pidatonya, Azwandi Rahman menegaskan bahwa tidak ada perbedaan mendasar antara NU dan PERTI, keduanya bertujuan mengawal Ahlussunnah wal Jamaah di Sumatera Barat. Ia juga menceritakan kisah inspiratif tentang Gus Dur yang sering mendatangi kiai kampung untuk mencari solusi umat, dan mengajak para Tuanku untuk memperkaya ilmu serta wawasan demi kemaslahatan umat.
Buya Mahyuddin Salif Tuanku Sutan, pimpinan Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyyah Batang Kabung, kemudian membuka acara inti pertemuan akbar. Ia menekankan pentingnya tradisi ziarah ke makam ulama sebagai cara untuk mengingatkan diri pada kematian dan memperkuat iman. Buya Mahyuddin juga berbagi kisah tentang terbentuknya Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyyah dan pentingnya thariqah dalam memperdalam keimanan.
Diskusi dilanjutkan dengan petuah dari Buya Tuanku Labay Muhammad Rais, yang menggarisbawahi manfaat ziarah kubur ulama dalam menjalin silaturahmi batin dan mendapatkan berkah dari guru-guru yang dimakamkan. Ia juga menceritakan sejarah ziarah ke makam Syaikh Burhanuddin Ulakan yang menjadi tradisi penting di Sumatera Barat.
Pertanyaan dari Tuanku Khatib Syambusrin tentang hukum meninggikan kuburan dijawab oleh para Buya, yang menjelaskan pentingnya menjaga kehormatan mayat dengan meninggikan tanah kuburan. Buya Prof. Duski Samad menambahkan bahwa ziarah kubur juga bertujuan untuk menjaga silaturahmi batin dan memberikan manfaat bagi yang menziarahi.
Acara ditutup oleh Buya Ahmad Damanhuri Tuanku Mudo, yang mengucapkan terima kasih kepada semua narasumber dan peserta yang hadir. Pertemuan akbar ini diakhiri dengan makan siang bersama, mencerminkan semangat kebersamaan dan silaturahmi yang menjadi inti dari Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional. Acara berakhir pada pukul 12.23 WIB, menjelang waktu sholat Zhuhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H