Penulis : Titip Elyas Tuanku Sulaiman, S.Pd, C.CT
Di sebuah sudut Sumatera Barat, tersembunyi di balik pepohonan rindang dan suara aliran sungai yang menenangkan, berdirilah Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua Sungai Sariak. Tempat ini tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga menjadi rumah kedua bagi para santri yang mengabdikan diri untuk belajar dan beribadah. Di antara mereka, terdapat seorang sosok yang gigih dan penuh dedikasi, Jefrinaldi, kelahiran 1993 yang juga sedang menempuh pendidikan di IAI Sumbar Pariaman dengan jurusan Pendidikan Bimbingan Konseling Islam.Jefrinaldi, dengan semangatnya yang membara, telah lama menjadi operator di pondok pesantren ini. Di balik senyumnya yang ramah, tersimpan tekad kuat untuk memperjuangkan hak pendidikan yang setara bagi seluruh santri. Mimpi ini semakin mendalam ketika ia melihat betapa banyaknya santri yang memiliki potensi besar, namun terhalang oleh keterbatasan akses dan kesempatan.
Suatu hari, di ruang pertemuan sederhana yang dihiasi dengan rak-rak penuh kitab kuning, Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua Sungai Sariak berkumpul. Suasana serius namun hangat memenuhi ruangan saat salah satu pengurus, dengan bijaksana, berbicara mengenai pentingnya pendidikan kesetaraan. "Kita harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua santri, tanpa terkecuali," ucapnya dengan tegas.
Semua mata tertuju pada Jefrinaldi ketika ia diminta untuk memperjuangkan ini melalui diskusi dengan Kementerian Agama Kabupaten Padang Pariaman. Tugas ini bukanlah hal yang mudah, namun Jefrinaldi menerima amanah tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab. Baginya, ini adalah panggilan hati untuk membawa perubahan yang berarti.
Hari-hari berikutnya, Jefrinaldi tenggelam dalam persiapan. Ia menyusun argumen, mengumpulkan data, dan berdiskusi dengan rekan-rekan sejawat untuk mendapatkan pandangan yang lebih luas. Setiap malam, di bawah cahaya lampu minyak yang redup, ia memanjatkan doa agar usahanya ini diberkahi dan mendapatkan hasil yang maksimal.
Saat hari yang dinantikan tiba, Jefrinaldi mengenakan baju terbaiknya dan berangkat menuju Kantor Kemenag Kabupaten Padang Pariaman. Di sana, ia disambut dengan hangat oleh pejabat setempat. Diskusi berlangsung dalam suasana yang serius namun penuh harapan. Jefrinaldi menyampaikan visi dan misinya dengan penuh semangat, menggarisbawahi pentingnya pendidikan kesetaraan bagi para santri di pondok pesantren.
"Santri-santri ini adalah masa depan kita," ucapnya dengan suara yang mantap. "Mereka berhak mendapatkan pendidikan yang setara, sehingga kelak dapat menjadi pemimpin yang bijaksana dan berkontribusi positif bagi masyarakat."
Setelah diskusi panjang dan mendalam, pejabat Kemenag terkesan dengan argumen yang disampaikan Jefrinaldi. Mereka berjanji akan memberikan dukungan penuh untuk inisiatif ini. Kabar baik ini segera dibawa pulang oleh Jefrinaldi dengan hati yang penuh rasa syukur.
Sesampainya di pondok pesantren, ia disambut dengan sukacita oleh para santri dan pengurus yayasan. Berkat usaha kerasnya, peluang baru terbuka lebar bagi para santri untuk meraih pendidikan yang lebih baik dan setara. Momen itu menjadi bukti nyata bahwa dengan tekad dan doa, perubahan yang baik bisa terwujud.
Jefrinaldi tidak berhenti sampai di situ. Ia terus berjuang untuk memastikan bahwa setiap santri mendapatkan kesempatan yang adil dalam pendidikan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, Pondok Pesantren Madrasatul 'Ulum Lubuak Pua Sungai Sariak semakin berkembang menjadi tempat di mana mimpi-mimpi besar para santri dapat tumbuh dan terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H