Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Belajar Menenun dan Eksplorasi Budaya di Desa Sukerare Lombok

13 Februari 2016   15:55 Diperbarui: 13 Februari 2016   16:36 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wisata Lombok - Desa Sukerare merupakan desa yang terkenal sebagai sentra penghasil tenun ikat dan songket terbesar di Lombok. Desa Sukerare terletak di Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.


Sebagian besar penduduk di Desa Sukerare adalah penenun. Hampir di setiap rumah memiliki alat tenunnya sendiri. Alat tenun yang digunakan masih tradisional, yaitu terbuat dari kayu dengan sistem sederhana. Karena menggunakan alat penenun yang tradisional maka hasil produksi mereka tidak terlalu banyak.


Produk yang dihasilkan berupa sarung, taplak meja, dan selendang. Meskipun menggunakan alat tenun tradisional namun produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus dengan motif yang unik dan indah serta memiliki nilai seni yang tinggi di dalamnya. Sehingga hal inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.


Di Desa Sukerare ini terdapat tradisi yang unik yaitu kaum perempuan diwajibkan bisa menenun sebelum mereka memasuki fase pernikahan. Apabila belum mampu membuat tenun songket, maka perempuan tersebut belum boleh menikah. Namun, bila nekat ingin menikah juga, maka perempuan tersebut akan dikenakan denda. Denda dapat berupa uang atau hasil panen padi.


Kaum perempuan di desa ini sudah diajarkan menenun sejak umur 7 tahun. Kain yang di tenun oleh kaum perempuan adalah tenun songket. Tenun songket ini memang hanya dikerjakan oleh kaum perempuan saja, sedangkan kaum laki-laki dilarang untuk mengerjakan tenun songket ini.


Karena dahulu mitosnya apabila kaum laki-laki mengerjakan tenunan ini, maka laki-laki tersebut akan mandul. Selain itu, memang untuk menenun kain songket ini diperlukan kesabaran dan ketelitian yang sangat tinggi dimana kaum perempuan lah yang biasanya lebih sabar dan teliti daripada kaum laki-laki. Sehingga biasanya kaum perempuanlah yang mengerjakan tenun songket, sementara kaum laki-laki mengerjakan tenun ikat.


Tenun songket merupakan kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan dengan hiasan-hiasan dari benang sintetis berwarna emas, perak, dan warna lainnya. Hiasan itu disisipkan di antara benang lusi. Terkadang hiasan dapat berupa manik-manik, kerang, maupun uang logam.


Untuk menenun satu kain songket diperlukan minimal satu minggu untuk ukuran taplak meja dan satu bulan untuk ukuran sarung. Selain itu, waktu pengerjaan tenun songket ini juga tergantung pada motif yang dibuat. Semakin rumit motifnya semakin lama waktu yang diperlukan.


Berbeda dengan tenun songket, tenun ikat dapat diselesaikan dalam satu hari untuk ukuran 3 meter. Bahan untuk tenun ikat yang sangat sederhana yakni terbuat dari bahan katun serta proses pengerjaannya yang tidak terlalu rumit sehingga waktu pengerjaan tenun ikat ini bisa lebih cepat dibandingkan dengan tenun songket.

Hasil tenunan Desa Sukerare ini memiliki berbagai macam motif seperti motif Keker, Serat Penginang, Cungklik, Pakerot, Trudak dan lain sebagainya. Harga hasil tenunan ini pun bervariasi mulai dari 250 ribu sampai 2 jutaan.


Hasil tenun ikat dan songket ini biasanya di pasarkan di daerah lokal dan bahkan sampai ke luar negeri. Selain itu, tenun songket juga biasa di pakai oleh masyarakat lokal sebagai pakaian tradisional. Seperti untuk acara sunatan, nikahan dan acara-acara lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun