Mohon tunggu...
titin Ariyani
titin Ariyani Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika di SMA IT Cinta Illahi Gunung Sugih Lampung tengah

hobi menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Laporan Best Practice Pembelajaran Inovatif Kegiatan PPL PPG dalam Jabatan 2023

2 Desember 2023   21:54 Diperbarui: 2 Desember 2023   22:39 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Laporan Best Practice Pembelajaran Inovatif

dari Kegiatan PPL PPG Dalam Jabatan

Penerapan model Problem Based Learning(PBL) dengan berbantuan Video dan Aplikasi

Pembelajaran Geogebra untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa.

Disusun Oleh:

Nama : TITIN ARIYANI, S. Pd

Unit Kerja : SMA IT Cinta Illahi Gunung Sugih

Kelompok : 1 (SATU)

PENDIDIKAN PROFESI GURU PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

2023

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode

Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam

Pembelajaran Aksi 2

Penerapan model Problem Based Learning(PBL) dengan Berbantuan Video dan Aplikasi

Pembelajaran Geogebra untuk meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematis Siswa

Lokasi : Jln. Lintas Sumatera Panggungan Kec. Gunung Sugih

 Kab. Lampung Tengah Prov. Lampung

Lingkup Guruan : SMA IT Cinta Illahi Gunung Sugih

Tujuan yang ingin dicapai : Penerapan Model Problem Based Learning(PBL) dengan

Berbantuan Video dan Aplikasi Pembelajaran Geogebra untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa

Penulis : Titin Ariyani, S. Pd

Tanggal : 26 November 2023

Situasi

Latar Belakang

Abad 21 memiliki banyak perbedaan dengan abad 20 dalam berbagai hal, diantaranya

dalam pekerjaan, hidup bermasyarakat dan aktualisasi diri. Abad 21 ditandai dengan

berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat serta perkembangan otomasi dimana

banyak pekerjaan yang sifatnya pekerjaan rutin dan berulang-ulang mulai digantikan oleh mesin, baik mesin produksi maupun komputer.

Saat ini, pendidikan berada di masa pengetahuan (knowledge age) dengan percepatan

peningkatan pengetahuan yang luar biasa. Percepatan peningkatan pengetahuan ini didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang disebut dengan information super highway

(Gates, 1996).

 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II

pasal 3 yang mengatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagai bekal menghadapi tantangan zaman, diperlukan adanya kualitas sumber daya

manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Oleh karena itu dunia pendidikan

dituntut untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Program PPG Dalam Jabatan dirancang secara sistematis dan menerapkan prinsip mutu

mulai dari seleksi, proses pembelajaran, dan penilaian, hingga uji kompetensi, sehingga

diharapkan akan menghasilkan guru-guru masa depan yang profesional yang dapat menghasilkan

lulusan yang unggul, kompetitif, dan berkarakter, serta cinta tanah air dan dalam waktu yang

sama, diharapkan mampu menjawab permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia

saat ini. PPG Dalam Jabatan juga dirancang agar mampu membekali kemampuan pemecahan

masalah, kritis, dan kreatif kepada calon guru profesional, melalui implementasi model

pembelajaran dan kegiatan berbasis masalah (problem based learning) dan proyek (projectbased learning).

PPG Dalam Jabatan diharapkan dapat menjawab berbagai permasalahan pendidikan,

seperti: (1) kualifikasi di bawah standar (di bawah kualifikasi), dan (2) guru-guru yang kurang

kompeten (kompetensi rendah). Selain itu, guru di era revolusi industri 4.0 harus memiliki

kemampuan menjalankan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan dengan

mengintegrasikan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, keterampilan komunikasi dan kolaboratif, keterampilan kreativitas dan inovatif, literasi teknologi informasi dan komunikasi,

keterampilan belajar kontekstual, serta informasi dan media literasi.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika yaitu untuk membentuk

kemampuan pemecahan masalah siswa. Kemampuan pemecahan masalah memiliki

beberapa indikator diantaranya kemampuanmemahami masalah, menyusun rencana/

strategi pemecahan masalah, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana/ strategi

pemecahan masalah, danmemeriksa kembali.

Berdasarkan hasil observasi dan data awal kemampuan pemecahan masalah

menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Hal ini

ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut.

1. Siswa kesulitan dalam memahamipersoalan yang diberikan.

2. Siswa kesulitan menentukan langkah awal yang harus dilakukan untuk

menyelesaikan soal.

3. Siswa dalam menjawab soal tidak sesuai dengan langkah-langkah

pemecahan masalah.

Adapun beberapa penyebab munculnya permasalahan rendahnya

kemampuan pemecahan masalah peserta didik yaitu :

1. Ketika menyelesaikan permasalahan, siswa terbiasa tidak menuliskan langkah

penyelesaian masalah.

2. Guru kurang memberikan latihan soal pemecahan masalah.

3. Pembelajaran belum dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari.

4. LKPD yang dibuat guru belum mengarahkan siswa pada pemecahan masalah.

5. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum mengarahkan siswa pada

pemecahan masalah

Praktik pembelajaran ini sangat penting untuk dibagikan karena :

1. Sebagian besar guru matematika menjumpai permasalahan seperti yang saya

hadapi saat ini.

2. Praktik pembelajaran ini dapat menjadi referensi dan inspirasi bagi guru-guru

matematika lainmengenaibagaimana cara mengatasi permasalahan seperti

yang saya jumpai

3. Sebagai motivasi bagi diri saya sendiri untuk terusberkarya dalam mendesain

dan mempraktikkanpembelajaran yang lebih inovatif guna perbaikan kualitas

pembelajaran.

Peran dan tanggung jawab saya dalam praktik pembelajaran ini yaitu saya

sebagai guru memiliki tanggung jawab dalam menerapkan pembelajaran inovatif

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, masalah yang dihadapi dapat

terselesaikan, dan siswa merasa senang ketika mengikuti pembelajaran. Selain itu,

saya berperan sebagai fasilitator yang harus dapat memfasilitasi setiap siswa dalam

belajar. Dalam hal ini tujuan yang saya harapkan yaitu kemampuan pemecahan

masalah siswa dapat meningkat.

Tantangan

Tantangan yang dihadapi guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai yaitu :

1. Guru harus dapat mengoptimalkan penerapan model pembelajaran yang

dapat mengarahkansiswa pada pemecahan masalah.

2. Guru harus dapat mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan

sehari-hari.

3. Guru menyusun RPP, bahan ajar, LKPD, PPT Interaktif, desain proyek dan

Instrumen Penilaian yang sesuai model Problem Based Learning. Pada penyusunan

RPP, bahan ajar, dan LKPD dibuat menarik yang terintegrasi TPACK, 4C, dan

HOTS. Proses pembuatan media pembelajaran menggunakan aplikasi canva yang

interaktif dan dibuat menarik berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah.

4. Guru harus dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa

melalui proses pembelajaran yang dilakukan.

Tantangan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai tersebut

melibatkan guru dan siswa. Guru memiliki tantangan untuk meningkatkan

kompetensi pedagogik dan profesionalnya. Sedangkan siswa memiliki tantangan

untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalahnya.

Aksi

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapitantangan yaitu :

1. Pemilihan model pembelajaran yang mengarahkansiswa pada pemecahan

masalah.

Strategi yang digunakan untuk proses pemilihan model pembelajaran ini

dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik materi dan siswa serta

kebutuhan siswa. Dipilihlah salah satu model pembelajaran yang mampu untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah yaitu model Problem Based

Learning. Pihak yang terlibat dalam penentuan model pembelajaran yang

dipilih yaitu dosen pembimbing, guru pamong, dan rekan sejawat serta waka

kurikulum.

Terdapat lima fase dalam model Problem Based Learning yang diharapkan

mampumengembangkankemampuan pemecahan masalah siswa. Kelima fase

tersebut yaitu :

a. Orientasi siswa pada masalah.

b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

c. Membimbing penyelidikan individu dankelompok.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Agar penerapan model Problem Based Learning lebih optimal, maka dalam

memberikan orientasi masalah pada siswa dikaitkan dengan permasalahan

sehari-hari yang berguna bagi kehidupan sehingga siswa menjadi terdorong

untuk mempelajarinya. Untuk dapat melakukan hal ini maka guru menerima

saran dan masukan dari rekan-rekan, guru pamong, dan dosen pembimbing

mengenai bagaimana menghadirkan masalah yang dekat dengan kehidupan

siswa namun masalah tersebut tetap realistis.

Menyusun LKPD yang menuntun peserta didik melakukan penyelesaian

masalah berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah.

Strategi yang digunakan untuk menyusun LKPD yang menuntun siswa pada

pemecahan masalah yaitu dengan mencari informasi dariberbagai sumber baik

literatur maupun wawancara mengenai LKPD yang seperti apakah yang dapat

mendukung kemampuan pemecahan masalah siswa. Selanjutnya melakukan

pengkajian mengenai indikator pemecahan masalah apa saja yang

ingin dicapai dalam pembelajaran. Kemudian dipilihlah LKPD pemecahan

masalah berdasarkan langkah- langkah pemecahan masalah Polya. Sumber

daya yang diperlukan untuk membuat LKPD ini yaitu laptop dan aplikasi canva

3. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Strategi yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa pada pembelajaran matematika materi sistem pertidaksamaan linear dua

variabel yaitu dengan menerapkan model Problem Based Learning berbantuan LKPD pemecahan masalah.

4. Memberi siswa media pembelajaran interaktif Berupa power point dan Aplikasi

Pembelajaran Geogbra.

Strategi yang dilakukan guru untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yaitu

menggunakan power point dari canva dan aplikasi pembelajaran Geogebra

5. Memberikan bahan ajar kepada siswa

Siswa diberikan bahan ajar berupa buku paket dan bahan ajar berbentuk power point dari

canva yang dapat membantu siswa dalam mencari sumber informasi yang relevan.

6. Membuat Aksi lanjut untuk membentuk kelompok yang telah dibagi sesuai dengan

karakteristik, kemampuan awal dan gaya belajar siswa.

Siswa diberikan aksi lanjutan berupa remida dan pengayaan yang sesuai dengan gaya

belajar masing-masing siswa.

Pihak-pihak yang terlibat dalam menghadapi tantangan ini yaitu :

a. Guru dan siswa sebagai pemeran utama dalam praktik baik ini.

b. Kepala sekolah sebagai koordinator dalam pelaksanaan praktik baik ini.

c. Dosen pembimbing dan guru pamong selaku pihak yang memberikan

pengarahan, saran,dan masukan sebelum pelaksanaan praktik baik ini.

d. Rekan sejawat dan pakar yang turut sertamemberikan saran dan masukan.

e. Rekan sejawat yang membantu dalam prosesperekaman video pembelajaran

praktik baik ini.

Sumber daya yang diperlukan dalam meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah ini yaitu kompetensi guru dalam menerapkan model Problem Based

Learning dan menyusun LKPD pemecahan masalah yang mengarahkan siswa

pada langkah-langkah pemecahan masalah.

Refleksi Hasil dan Dampak

Dampak dari langkah-langkah untuk meningkatkankemampuan

pemecahan masalah peserta didik yang dilakukan memberikan hasil yang

positif. Penggunaan LKPD pemecahan masalah membuatsiswa menjadi terbiasa

menyelesaikan permasalahan secara runtut sesuai dengan langkah- langkah

pemecahan masalah yaitu memahami masalah, membuat rencana/ strategi

pemecahan masalah, menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana/ strategi

pemecahan masalah, danmemeriksa kembali. Hal ini dibuktikan dengan hasil

tes kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika

materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel setelah pembelajaran

meningkat dari semula 78,69% menjadi 80,81%.

Proses peningkatan kemampuan pemecahan masalahini merupakan kontribusi dari

penerapan model Problem Based Learning dimana pembelajaran dengan model

tersebut menghadapkan peserta didik pada masalah. Kemudian siswa dituntut

untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu, yang memiliki kontribusi

besar dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah ini yaitu dengan penggunaan LKPD pemecahan masalah. LKPD yang dibuat ini menghadirkan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan kehidupan peserta

didik. Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadirkan dalam LKPD tersebut,

siswa dituntun agar menyelesaikan masalah tersebut secara runtut mulai dari

memahami masalah, membuat rencana/strategi pemecahan masalah,

menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana/ strategi pemecahan masalah, dan

memeriksa kembali. Melalui proses ini tentunya membuat siswa terlatih untuk

menyelesaikan permasalahan sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah

sehingga hasil akhir yang diharapkan yaitu kemampuan pemecahan masalah siswa

meningkat dapat tercapai.

Selain itu, respon siswa mengenai penggunaan model Problem Based Learning

berbantuan LKPD pemecahan masalah memberikan kesan pembelajaran yang

menyenangkan. Mereka dapat saling belajar dan berdiskusi dengan sesama teman.

Faktor keberhasilan dalam pembelajaran ini sangat ditentukan oleh kompetensi

guru dalam mengelola pembelajaran terutama dalam menerapkan model Problem

Based Learning dan penggunakan LKPD pemecahan masalah.

Pembelajaran yang dapat diambil dari keseluruhan proses yang telah dilaksanakan

yaitu guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam mendesain pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristikmateri dan peserta didik, kebutuhan serta permasalahan

yang dihadapi siswa. Guru juga harus mempu menyusun perangkat pembelajaran

yang baik. Melalui hal tersebut diharapkan kemampuan pemecahan masalah siswa

meningkat sehingga akhirnya akan berdampak pada peningkatan prestasi

belajarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Elita, G. S. Habibi, M. Putra, A. Ulandari, N. (2019). Pengaruh pembelajaran problem

based learning dengan pendekatan metakognitif terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika. (Jurnal pendidikan matematika). 8(3).447-458. 20119

Septian,A. Aulia,S.R.2021. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa melalui

Pendekatan Problem Posing Berbantuan Edmodo. (Jurnal Unsur Prisma).Vol. 10, No. 2,

Desember 2021

Setya, Andresta. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar mata

pelajaran teknologi informasi dan komunikasi siswa kelas vii semester 1 smp islam

hidayatullah semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun