Saya dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang menyukai pisang karena nenek kami selalu menanam pisang di kebun kami.Â
Pisang kepok merupakan salah satu jenis  pisang yang selalu ada di kebun karena banyaknya variasi olahan pisang kepok dengan rasa yang sedap, seperti kolak pisang, pisang rebus, pisang panggang, pisang goreng, keripik, atau pun dimakan langsung tanpa diolah terlebih dahulu.Â
Beragam manfaat pisang kepok dapat kita temukan di berbagai artikel, dari manfaat kesehatan, kecantikan atau pun bahkan dapat menurunkan berat badan.
Jadi tidak salah dong ya kita rajin makan pisang ini untuk mengambil manfaat pisang kepok untuk kebaikan raga kita. Pisang itu makanan sehat yang mudah didapat, terutama di negara tropis. Itulah doktrin yang selalu melekat di benakku.
Hingga suatu masa, aku mendengar kabar mencengangkan tentang pisang kepok ini.Â
Tak percaya tapi nyata, beberapa orang  masyarakat di Desa Sampora, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat menolak pemberian pisang kepok hasil panen di kebun belakang mes yang kami tempati.Â
Jangankan memakan, menyentuh atau pun bahkan mendekati pisang kepok pun mereka tidak berani. Ada apa ini? Kenapa pisang kepok lezat ini dapat membuat mereka mundur teratur.
Perasaan ingin tahu ku pun menyeruak seketika. Aku pun mencari tahu ke si teteh yang bekerja bantu-bantu kerjaan rumah. Ternyata warga kampung Sampora memiliki sejarah dengan si pohon pisang di masa lalu.Â
Konon katanya dahulu pada masa pemberontakan perang, leluhur warga Sampora berlindung di balik pohon pisang dan tanaman kukuk (sejenis tanaman labu) dari sergapan pemberontak.Â
Kaum musuh pun tidak bisa menemukan leluhur warga Sampora yang bersembunyi di bawah pohon pisang kepok dan tanaman labu air tersebut.Â
Jadi semacam ada perjanjian antara leluhur Sampora dengan kedua tanaman tersebut, salah satunya ya si pisang kepok ini supaya warga Sampora dapat dilindungi dan dijauhkan dari pandangan mata musuh, namun warga sampora dan turunannya harus berjanji untuk tidak boleh mengganggu atau pun memakan pisang kepok dan labu air.Â