Sepenting apakah berdamai dengan diri sendiri? Jika kita mampu menikmati rasa sakit, rasa kecewa, sedih bahkan putus asa artinya kita mampu menerima keadaan diri artinya mampu berdamai dengan diri sendiri. Tak ada yang sempurna jika mencari kesempurnaan bahkan sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang baik-baik saja. Masing-masing kita dihadapkan pada ujiannya sendiri-sendiri.Â
Lalu, apa yang membuat hati terkadang tidak tenang? Bisa jadi karena apa yang menjadi ekspektasi kita belum atau tidak kesampaian. Bisa jadi karena kita sering membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain atau bisa jadi karena kita abai dengan pencapaian yang sudah berhasil diraih meskipun itu jauh dari ekspektasi lalu enggan memberi apresiasi pada diri sendiri bahkan cenderung menyalahkan diri sendiri.Â
Kalau hal itu yang terjadi saat ini, cepat-cepat menepi lalu bercermin. Pantaskah kita membenci diri sendiri lalu lupa bersyukur? Merasa diri gagal, kurang beruntung, bodoh, tolol dan sebagainya yang justru menyudutkan diri sendiri.Â
Percayalah, takdir Allah tidak pernah salah. Itu hanyalah salah satu jalan untuk menjadikan kita kuat, ikhlas, sabar dan ridlo dengan segala ketetapan-Nya.Â
Tengoklah kisah para Nabi. Adakah yang berkisah baik-baik saja dalam perjalanan hidup mereka? Semua Nabi pasti memiliki cerita hidup yang tidak mudah. Selalu saja ada ujian yang datang silih berganti. Perjuangan hidup para Nabi itulah yang menjadi teladan bagi kita semua.Â
Jika Nabi saja yang sudah dijamin masuk surga mendapatkan ujian sebegitu dahsyat lalu pantaskah kita mengeluh, menggerutu, kecewa saat ujian menyapa. Justru saat itulah, sebetulnya kita bisa merasakan kehadiran Allah yang begitu dekat. Saat itulah kita merasa lemah tanpa pertolongan Allah.Â
Yakinlah, Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya.Â
Ujian hidup masing-masing orangpun berbeda satu sama lain. Jika bagimu ujian itu terasa berat artinya menurut Allah kamu mampu melewatinya. Yakinlah bahwa itulah tahapan yang harus kamu lalui dan kamu pasti mampu karena selepas ini akan ada bahagia yang tengah menanti.Â
Allah akan ganti kesedihanmu, air matamu, kekecewaanmu dengan bahagiamu. Bisa jadi, Dia mengganti bukan di saat yang tercepat tapi di saat yang paling tepat. Hanya Allah yang tahu kapan waktu bahagia itu datang menghampiri.Â
Tugas kita hanyalah sebagai khalifah di muka bumi. Tunduk, patuh, beribadah kepada Sang Khalik di sepanjang hayat kita hingga ajal menjemput. Karena sesungguhnya alur hidup kita sudah tertulis di lauhul mahfud sejak manusia dihembuskan ruhnya. Skenario itu sudah tersusun rapi karena Dialah Sang Sutradara sesungguhnya.
Kewajiban manusia hanyalah ikhtiar, tawakal, berusaha dan berdoa setelah itu pasrahkan hasilnya kepada Allah SWT. Libatkan Dia dalam setiap urusanmu karena hanya Dia yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untukmu. Untuk akhiratmu kelak.Â
Bersabarlah saat ditimpa ujian. Dan bersyukurlah saat mendapat nikmat. Sesungguhnya dua hal itu baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H