Mohon tunggu...
Titik Nur Farikhah
Titik Nur Farikhah Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ingin Tiket Masuk Surga? Jadilah Pemaaf

22 Mei 2020   14:09 Diperbarui: 22 Mei 2020   14:07 1643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : kumparan.com

Pada dasarnya fitrah manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Dan sudah menjadi kewajiban manusia untuk saling bermaafan. Meminta maaf jika merasa bersalah dan memaafkan kesalahan orang lain sebelum yang bersangkutan meminta maaf adalah suatu kemulyaan.

Dua hal yang tampak mudah diucapkan namun sulit untuk dilakukan oleh mereka yang hatinya telah tertutup dan mati. Tidak semua orang bersedia meminta maaf saat berbuat salah, yang hinggap justru rasa gengsi saat harus meminta maaf. Terlebih jika ia harus meminta maaf kepada seseorang yang kedudukan sosialnya jauh lebih rendah atau rentang usia lebih muda.

Begitu pula saat ia harus memaafkan seseorang yang telah menyakiti hatinya, mendzolimi, atau mempermalukannya di depan umum. Tentu perasaan yang berkecampuk justru rasa marah, benci, dan dendam sehingga sulit memaafkan karena hati terlanjur luka. Itulah sebagian besar sifat manusia yakni sulit meminta maaf dan tidak gampang memaafkan.  

Berbeda dengan Rasulullah yang hatinya dihiasi sifat pemaaf dan penuh kelembutan. Dalam banyak kisah menggambarkan betapa Rasulullah selalu memaafkan siapapun yang berusaha menyakitinya hingga yang secara terang-terangan ingin membunuhnya. Meskipun beliau dapat membalas setiap perbuatan yang bisa jadi mengancam keselamatannya namun justru tidak dilakukannya. Rasulullah lebih memilih memaafkan dan mendoakan orang tersebut agar diberikan petunjuk yang benar oleh Allah SWT.

Alkisah, saat Rasulullah pergi ke Thaif untuk berdakwah. Para penduduk bukannya menerima kehadiran beliau untuk berdakwah namun justru mencemooh hingga menyuruh anak-anak kecil melempari Rasulullah. Hingga akhirnya Allah mengutus malaikat penjaga gunung untuk melakukan apa saja yang engkau kehendaki.

“Wahai Muhammad, kalau engkau berkenan aku akan menimpakan Al-Akhbasain (dua gunung besar yang ada di Makkah, yaitu gunung Abu Qubais dan Gunung Al-Ahmar) kepada mereka,” ucap malaikat penjaga gunung kepada Nabi Muhammad SAW.

Namun tak disangka, jawaban Nabiullah Muhammad justru sebaliknya:

“Tidak, bahkan aku berharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya dengan apapun jua.” (HR Muslim)

Gambaran betapa Rasulullah sangat pemaaf, meski beliau disakiti dan dianiaya oleh umatnya sendiri namun tak sedikitpun terbersih untuk membalasnya. Meskipun itu mampu beliau lakukan. Begitulah pribadi Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam, tauladan umat Islam sedunia.

Allah SWT menilai bahwa sifat pemaaf adalah sifat yang terpuji, yang hanya dimiliki oleh hamba-hambaNya yang bertakwa. Termaktub dalam QS Ali Imron ayat 133-134:

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Tradisi Maaf-maafan Saat lebaran

dokpri
dokpri

Lalu apa kaitannya dengan tradisi maaf-maafan saat lebaran. Apakah ucapan maaf saat lebaran benar-benar telah mewakili suara hati? Apakah uluran tangan menggambarkan bahwa kita benar-benar telah ikhlas memaafkan kesalahan orang lain? Apakah tradisi cipika cipiki juga menandakan bahwa kekhilafan kita telah dimaafkan oleh mereka? Apakah harus menunggu momen Idul Fitri baru bisa bersalam-salaman, memohon maaf atas semua kesalahan. Apakah ini hanya semacam simbol bahwa umat Islam adalah umat yang pemaaf?

Ada semacam tanya yang mungkin belum sempat terjawab. Benarkah tradisi maaf-maafan saat lebaran dimaknai ikhlas memaafkan. Mari kita tengok hati kita masing-masing.

Bukankah untuk meminta maaf tak harus menunggu momen berlabel halal bihalal? Justru hal yang paling baik dan mulia saat kita merasa bersalah bersegeralah minta maaf. Tanpa harus menunda. Tanpa harus menunggu hingga bertumpuk kesalahan dan genap setahun. Jangan sampai keduluan ajal menjemput namun kata maaf belum sempat terlontarkan.

Demikian pula sebaliknya, saat kita akan memaafkan seseorang tak perlu harus menunggu kata maaf di hari yang fitrah. Hingga ada kisah, seorang teman harus menunggu momen maaf-maafan untuk bisa memaafkan kesalahan temannya. Akhirnya berbuah penyesalan karena belum sempat bertemu lebaran namun yang bersangkutan lebih dulu dipanggil menghadap Sang Khaliq dengan menyisakan dendam di hati.

Balasan bagi orang yang memaafkan kesalahan orang lain adalah surga

Belajar dari kejadian ini, marilah kita lapangkan hati untuk selalu memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggunya mengucapkan kata maaf. Rasulullah juga menjelaskan bahwa balasan bagi orang yang memaafkan kesalahan orang lain adalah surga.

Kelak pada hari kiamat, ada pemanggil yang menyeru. Dimanakah orang-orang yang memaafkan orang lain? Kemarilah kepada Rabb kalian dan ambillah pahala kalian! Dan bagi setiap muslim yang suka memaafkan maka Allah masukkan dia ke dalam surganya."

Subhanallah...semoga kelak kita termasuk di dalamnya.

Artikel ini dipersembahkan dalam event Kompasiana Satu Ramadan Bercerita Samber 2020 Hari 26 & Samber THR dengan mengusung tema Pengalaman Saling Bermaaf-maafan.

Yogyakarta, 22 Mei 2020

Semoga bermanfaat

Titik Nur Farikhah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun