Perjalanan menyusuri Kota Gudeg bersama almarhum ayah adalah kenangan terindah. Suara khas motornya terkadang selalu kunanti, saat jelang sore tapi ayah belum pulang kerja. Satu lagi yang kuingat, bodi vespa yang besar ternyata mampu menampung banyak bekal. Jadi kadang cukup simpel kalau hendak bepergian bersama si vespa.
Pengalaman berkendara bersama vespa pernah juga menyisakan kepiluan. Mungkin karena usia ayah saat itu tak lagi muda, jadi tak sekuat waktu masih kerja.Â
Namun kesetiaannya dengan vespa tak jua surut. Vespa biru muda tetap setia menemani hingga beliau purna tugas. Bisa jadi ini juga yang menurun padaku. Tak suka ganti-ganti kendaraan, meskipun ada kesempatan untuk membeli yang baru. Eh...ternyata sifat setia ayah menurun juga padaku.
Kisah pilu ini, sempat kualami beberapa kali. Saat aku membonceng vespa dan terjatuh di jalan. Karena bodinya yang besar, kadang ayah jadi oleng saat mengendarainya. Ya maklumlah karena ayah tak sekuat dulu.Â
Namun saat itulah pertolongan selalu datang dari komunitas vespa. Padahal ayah sama sekali tak pernah bergabung dengan komunitas itu. Begitulah, solidaritas tanpa pamrih tetaplah membawa kedamaian dimanapun berada. Bersyukur banget, karena kehadiran merekalah kami bisa kembali ke rumah dengan selamat.
Film Solidaritas ini adalah sebuah gambaran, betapa empati itu sangat bermakna besar dan membawa kebaikan bagi semua pihak. Berharap wajah Indonesia saat ini tetap mengedepankan solidaritas dan empati terlebih di saat bulan suci Ramadan. Karena hanya dengan rasa itu bangsa Indonesia bisa kembali bangkit menatap masa depan usia diterjang badai corona.
Artikel ini dipersembahkan dalam event Kompasiana Satu Ramadan Bercerita Samber 2020 Hari 13 & Samber THR Tebar Hikmah Ramadan.
Semoga Bermanfaat
Titik Nur Farikhah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H