Cerita kali ini tentang film berdurasi pendek bertema Solidaritas garapan Bima Rifa. Sebuah kisah yang membentangkan rasa empati dan setia kawan. Siapa lagi kalau bukan pecinta vespa.Â
Film berdurasi 4 menit 58 detik ini berhasil menyuguhkan tontonan apik. Sederhana tapi sarat makna. Terlebih saat adegan seorang pengendara sepeda motor terpaksa berhenti mendadak karena tiba-tiba mesinnya macet di detik ke 22.
Usahanya gagal saat mencoba menghidupkan mesin dan ternyata dia pun tak membawa peralatan untuk bongkar mesin. Tak ada yang bisa dilakukan di jalanan sepi kecuali mendorong vespanya. Berat, pastilah. Kan bodi vespa itu gede.
Tapi siapa sangka, pertolonganpun akhirnya datang. Sesama pengendara vespa dari arah berlawanan perlahan menghampiri di menit 2.05'.Â
Tanpa basa basi, ia langsung mengulurkan tangan membantu rekannya. Setelah mesin dicek ternyata businya sudah aus alias mati. Beruntung si penolong membawa cadangan busi dan langsung memasangkan. Beruntung, mesinpun langsung hidup.
Di situlah perkenalan terjadi. Ternyata si penolong bernama Reza dan si pemilik vespa merah yang sempat macet disapa Agus. Sesaat kemudian mereka langsung terlihat akrab.
Ada hal yang menggelitik. Usai menolong, Reza malah mengajak Agus ke suatu tempat untuk sekedar makan bareng. Bisa jadi karena Reza tak tega melihat Agus yang terlihat letih usai mendorong vespanya. Begitulah solidaritas pecinta vespa memang tak diragukan lagi. Inilah wajah Indonesia, yang masih akrab dengan budaya ketimuran. Rasa empati, jiwa solidaritas, dan budaya tolong menolong begitu akrab bahkan tanpa memandang agama, ras, suku, bangsa, dan budaya.
Melihat sekilas adegan dalam film itu ingatanku melayang ke masa silam. Yah....35 tahun yang lalu, saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tepatnya tahun 1985.Â
Ayahku seorang pecinta vespa. Kendaraan berbentuk unik ini berhasil mencuri perhatiannya. Vespa biru muda pun nangkring di parkiran rumah. Sejak kecil aku jadi akrab dengan kendaraan bersuara gemuruh ini. Aku pun terbiasa menunggui saat ayah bongkar pasang mesin vespa, jadi sedikit pahamlah tentang seluk beluk pemeliharaannya.
Beliau begitu rajin membersihkan busi. Aku yang hanya melihat aktivitas ayah akhirnya terlatih bongkar busi, membersihkan lalu memasangnya kembali. Nrithik, kalau orang Jawa bilang. Begitulah sejak kecil aku memang suka mengamati gerak-gerik saat orang melakukan sesuatu, terus mencoba sendiri. Dan ternyata bisa. Tapi karena waktu itu aku masih kecil, jadi belum kuat menopang bodi vespa apalagi sampai menghidupkan mesinnya.