Mohon tunggu...
Titik Nur Farikhah
Titik Nur Farikhah Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Menulis adalah bekerja untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Damai dalam Keberagaman, Peringati Waisak di Tengah Ramadan

7 Mei 2020   23:17 Diperbarui: 7 Mei 2020   23:33 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang berbudi luhur, menjunjung tinggi adat istiadat, saling menghormati, teposeliro, dan menghargai setiap perbedaan. Bukan saja perbedaan dalam hal bahasa, adat istiadat namun juga keberagaman dalam beragama.

Bangsa Indonesia akan tetap merasakan kedamaian selama bangsa ini menjunjung tinggi semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang tertulis dalam lambang negara Indonesia Garuda Pancasila. Yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap satu merupakan frasa yang berasal dari Bahasa Jawa Kuno.

Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama, dan kepercayaan.

Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu Kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14. Kakanwin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antar umat Hindu Siwa dengan Umat Buddha.

Perkembangan Agama Budha di Indonesia

Sebagai agama yang tertua di dunia termasuk di Indonesia, Agama Budha yang berasal dari India pada abad ke-6 SM tetap bertahan hingga saat ini. Agama Budha pertama kali masuk ke Indonesia sekitar adab ke-5 Masehi dibawa oleh Fa Hsien, pengelana dari China.

Kerajaan Budha pertama kali yang berkembang di Nusantara adalah Kerajaan Sriwijaya yang berdiri pada abad ke-7, di Kerajaan inilah pernah menjadi salah satu pusat pengembangan agama Budha di Asia Tenggara. Namun setelah berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, jumlah pemeluk Agama Budha semakin berkurang. Agama Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh pedagang-pedagang yang bermukim di daerah pesisir.

Penganut Agama Budha terus mengalami penurunan terlebih masa penjajahan Portugis karena bangsa Eropa membawa misionaris untuk menyebarkan agama Kristen di Nusantara.

Mengenal Sosok Buddha

Umat Budha percaya pada Siddhartha Gautama, seorang pangeran yang dilahirkan dalam keluarga kaya di abad ke-5 SM. Siddhartha menyadari kekayaan dan kemewahan tak menjamin kebahagiaan. Sehingga ia melepaskan diri dari segala kemewahan untuk belajar lebih banyak tentang dunia hingga melihat penderitaan di dunia.

Akhirnya, setelah 6 tahun Buddha menyadari secara spiritual dan mencapai tujuannya untuk menemukan makna dalam kehidupan. Inilah yang disebut dengan pencerahan dan ini pula yang menyebabkan Siddharta Gautama disebut Buddha.

Peringatan Tri Suci Waisak

Kamis, 7 Mei 2020 bertepatan dengan perayaan Tri Suci Waisak 2564 BE dengan mengusung tema “Dengan Kesadaran Kita Tingkatkan Dhamma Kita Tingkatkan Kepedulian Sosial Demi Keutuhan Bangsa.” Perayaan ini sebagai upaya meningkatkan nilai-nilai keutamaan Dhamma bagi umat Buddha.

Perayaan Tri Suci Waisak yang tak biasa, berbeda dari tahun-tahun sebelumnya pun tetap digelar secara hikmat meski via streaming. Termasuk meniadakan perayaan Waisak di Candi Borobudur dan Candi Mendut. Biasanya perayaan di kedua candi ini dihadiri ribuan umat, tetapi tahun ini mengikuti imbauan pemerintah yakni melaksanakan Waisak di rumah.

Sama halnya seperti saat peringatan Jumat Agung, Perayaan Waisak ini pun harus mematuhi protokol kesehatan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Dalam hal ini Kementerian Agama RI telah memfasilitasi pujabakti dan meditasi detik-detik Waisak secara live streaming sehingga umat Budha dapat mengikuti perayaan Waisak 2020 secara online melalui sejumlah kanal digital dari rumah masing-masing.

Tentu tanpa mengurangi esensi dari Perayaan Tri Suci Waisak 2564 BE bahwa peringatan ini sekaligus untuk menumbuhkan semangat persaudaraan dan gotong-royong sehingga Bangsa Indonesia akan bersama-sama mampu melewati segala ujian dan cobaan khususnya selama masa pandemi. Mengajak semua makhluk untuk tetap saling mengasihi karena kita semua adalah saudara.

Peringatan Tri Suci Waisak 2564 BE di tengah Ramadan bulan suci bagi Umat Islam tentunya menggambarkan wujud keberagaman yang menentramkan hati bagi semua umat. Karena esensi yang sesungguhnya adalah meningkatkan kepedulian sosial dan saling bahu membahu, meringankan beban sesama sehingga secara bersama-sama mampu melewati ujian yang kini tengah melanda seluruh Bangsa Indonesia. Tentunya hanya dengan rasa optimis, penuh semangat, dan penuh keyakinan badai ini akan segera berlalu.

Artikel ini dipersembahkan dalam rangka Satu Ramadan Bercerita Samber 2020 Hari 11 dan Samber THR (Tebar Hikmah Ramadan) dengan tema “Semangat Ramadan & Waisak Membuat Kita Optimis.”

Yogyakarta, 7 Mei 2020

Semoga Bermanfaat

*Titik Nur Farikhah*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun