Menjalani masa WFH (Work From Home) sebelum Ramadan hingga saat ini hampir memasuki dua bulan tentu bukan hal yang mudah. Yang pasti tak semulus jalan tol. Berbagai kendala kadang menghinggapi bisa jadi salah satu penyebabnya karena kurang interaksi dengan orang lain. Bisa jadi karena bingung kerja di rumah mau ngapain. Tetapi bagaimanapun saya tetap bersyukur karena profesi saya bisa menyesuaikan dengan ritme kerja di rumah. Bukankah seorang GPR (Government Public Relation) bisa bekerja dimana saja? Tidak harus duduk manis di belakang meja atau finger print masuk kantor saban hari.
Menurut saya profesi ini sangat fleksibel. Meskipun sebenarnya, saya bukanlah humas sejati karena basic pendidikan yang tak linear dengan profesi. Sebelumnya, saya seorang ekonom yang pernah terjun sebagai pendidik. Kini dunia berputar 180 derajat dan akhirnya saya harus mengikhlaskan diri menjadi seorang praktisi humas yang konsekuensinya harus mampu mendalami segala pernak-penik yang bersinggungan dengan kehumasan. Tapi tidak jadi soal jika kemudian ada kewajiban untuk berlari mengejar ketertinggalan dengan rekan-rekan seprofesi.
Berat, sih iya. Tapi menurut saya kemauan yang kuat jauh lebih berarti dari pada hanya sekedar kemampuan. Prinsipnya, segala ilmu bisa dipelajari asal ada kemauan. Meski tak ayal, banyak pihak meragukan kemampuan saya. Itu sah-sah saja kok menurut saya dan sangat wajar.
Berbincang tentang pekerjaan di masa wfh tentu menjadi keharusan. Apalagi kita tidak sedang berlibur yang bebas tugas dan seenaknya saja menjalani masa wfh tanpa aturan. Ada laporan tugas yang harus dipertanggungjawabkan kepada atasan langsung via absen online dengan disertai lampiran tugas yang sudah dikerjakan.
Untuk melengkapi tugas selama masa wfh, komunikasi dengan rekan kerja sangat diperlukan. Terlebih sebagai humas harus selalu memantau setiap perkembangan informasi yang terjadi, khususnya di institusi tempat kami bernaung. Untuk selanjutnya mewartakan kepada masyarakat via media sosial resmi instansi sehingga mereka mengetahui informasi terupdate apa yang sekiranya sangat diperlukan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Tiga siasat yang diterapkan dalam komunikasi selama masa Work From Home (WFH) tersebut meliputi antara lain:
1. Koordinasi melalui  WhatsApp Grup (WAG)
Komunikasi paling efektif saat ini adalah melalui whatsapp. Tidak bisa dipungkiri selama pemberlakuan kebijakan stay at home, hal paling sering kita lakukan adalah bersentuhan dengan alat komunikasi seluler. Meskipun sebelumnya hal ini juga sudah sering kita lakukan namun kondisi saat ini memaksa kita untuk lebih sering memanfaatkan telepon seluler. Disamping sedikit membantu untuk mengurangi kejenuhan berbagai informasi juga lebih mudah kita tangkap.
Dalam kaitannya dengan dunia kerja, koordinasi mulai unit terkecil memang lebih akrab dengan whatsapp. Selain bisa mengirimkan message berupa tulisan, gambar maupun video, whatsapp langsung terhubung dengan nomor pribadi. Artinya respon yang didapat lebih cepat karena tanpa mediator.
Komunikasi via whatsapp tidak hanya sebatas pesan singkat namun juga bisa melalui voice dan video. Kuncinya cuma satu, sedia paket data internet agar komunikasi tetap berjalan lancar.
2. Komunikasi dua arah melalui Zoom Meeting
Meskipun berbagai informasi menegaskan bahwa aplikasi ini tidak aman, toh nyatanya masih tetap menduduki peringkat pertama untuk komunikasi di berbagai institusi. Selain dipandang mudah dalam mengoperasikannya, zoom meeting juga bisa menjangkau kisaran 100 responden.
Seperti layaknya meeting secara offline, aplikasi ini juga bisa menghadirkan host, moderator, dan narasumber. Sementara peserta bisa menyimak langsung melalui handphone atau laptop dari tempat tinggal masing-masing.
Dalam komunikasi ini juga bisa dilakukan dua arah. Misal usai narasumber menyampaikan materi kemudian peserta dengan memberikan emoticon telapak tangan, mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Dan tanya jawab bisa berlangsung selama masa meeting online.
Terkait penayangan slide materi yang disampaikan, di sini peserta juga bisa menyimak saat narasumber menampilkan materi di layar laptop. Dalam hal ini host memegang kendali, apa atau siapa yang akan ditampilkan di layar. Sementara moderator hanya berperan mendampingi pemateri dan menjadi mediator saat peserta bertanya.
Komunikasi via zoom meeting dianggap efektif karena bisa menghadirkan semua anggota yang ada di masing-masing unit kerja atau dalam skala lebih besar dengan melihat langsung siapa saja yang tergabung di dalamnya. Selain itu interaksi seperti pertemuan offline juga bisa digelar tanpa harus menyajikan menu makanan.
3. Komunikasi satu arah via media sosial
Komunikasi ini biasanya diprakarsai oleh pimpinan atau pembicara. Misal siaran langsung atau live di media sosial. Bisa melalui facebook, instagram, twitter, atau youtube. Para peserta hanya bisa berinteraksi melalui teks dalam kolom komentar. Untuk selanjutnya narasumber berkesempatan memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan setelah dibacakan oleh moderator.
Dan komunikasi via media sosial ini bisa dinikmati juga seusai acara berlangsung. Artinya jika tidak berkesempatan mengikuti siaran livenya masih bisa memutar ulang dan menyimak secara penuh di lain kesempatan.
Begitulah selama masa work from home, walaupun kami terpisah jarak dan waktu tetapi komunikasi yang terjalin tidak pernah putus terlebih dengan rekan-rekan kerja. Tulisan ini dipersembahkan dalam rangka Samber 2020 Hari 5 & Samber THR dengan tema Silaturahmi antar rekan kerja tak putus walau tak jumpa.
Semoga Bermanfaat
*Titik Nur Farikhah*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H