KONEKSI ANTAR MATERI - PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Tugas Modul 2.2.a.9
Â
Oleh                   : TITIK AMBARWATI, S.Pd
                         CGP ANGKATAN 5 DARI KABUPATEN DEMAK
FASILITATOR Â Â Â Â Â Â Â Â : DIDIK BASUKI
PENGAJAR PRAKTIK Â Â : NUNUK MARFU'AH
A. PEMAHAMAN TENTANG PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) merupakan pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif oleh semua komunitas sekolah yang memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya. Mengajarkan mereka menjadi orang yang baik, memberikan keseimbangan kepada individu, dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.
Dapat diberikan dalam 3 ruang lingkup yaitu:
- 1. Rutin
- 2. Terintegrasi dalam mata pelajaran
- 3. Protokol.
- 4 Implementasi PSE yaitu:
- -Pengajaran eksplisit
- - Integrasi dalam pembelajaran, praktik mengajar dan kurikulum akademik
- - Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah
- - Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tendik
- Fakta Penting Pembelajaran Sosial-Emosional
- Murid yang berkembang secara sosial dan emosional, pada saat yang sama mereka pun berkembang secara akademik.
- Mengabaikan pengembangan keterampilan sosial dan emosional akan membawa efek buruk secara akademik.
- Pembelajaran sosial dan emosional harus diimplementasikan secara sengaja
- WELL-BEING
- Sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan, dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya, dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup, dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Dengan well-being yang optimum seseorang memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk: mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress, terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.
Menguatkan 5 Kse Pendidik Dan Tendik
- Menjadi Teladan (memodelkan): mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain.
- Belajar : pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan emosional.
- Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah
- B. KAITAN PSE DENGAN MODUL SEBELUMNYA
Kaitan Antara PSE dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Dengan kemampuan mengelola emosi maka pembelajaran berdiferensiasi akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Bila seorang guru memahami PSE, maka dalam pelaksanaan strategi penerapan pembelajaran berdiferensiasi guru akan dapat memilih teknik pembelajaran yang tepat.
Selama proses pembelajaran sering terjadi permasalahan dalam interaksi sosial murid, maka dengan teknik PSE dapat membantu guru untuk memudahkan solusi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab
Lima Kompetensi Sosial Emosional
- Kompetensi kesadaran diri (self awareness) : Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
- Kompetensi manajemen diri (self management) : Menetapkan dan mencapai tujuan positif
- Kompetensi kesadaran sosial (sosial awareness) : Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
- Kompetensi kemampuan berelasi resiliensi (relationship skill) : Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
- Kompetensi pembuatan keputusan yang bertanggung jawab (resposible decision making): Membuat keputusan yang bertanggung jawab
Kaitan PSE dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak
Pada 4 filosofi KHD dinyatakan bahwa pendidik sebagai penuntun tumbuh kembang anak, pendidikan sebagai kodrat alam dan zaman, pendidikan budi pekerti, dan pendidikan yang berpusat pada murid. Disini dapat dilihat jelas bahwa PSE menjadi salah satu sarana yang paling tepat untuk membuat sebuah jembatan yang saling menguatkan antara keempat unsur yang ada dalam filosofi KHD tersebut
Kaitan PSE dengan Filosofi Ki Hajar dewantara
PSE menumbuhkan nilai dan peran pada guru dan murid dalam pengelolaan emosi, sehingga pembelajaran yang berpihak pada murid akan dapat diwujudkan dengan baik dan seimbang.
Kaitan PSE dengan Visi Guru Penggerak
Dengan penerapan teknik PSE, guru dapat membentuk karakter murid yang beriman, merdeka berekspresi, bahagia, kreatif, mandiri, dan menjad pembelajar sejati, sehingga terwujud profil pelajar pancasila.
Kaitan PSE dengan Disiplin Positif
Melalui PSE guru dan murid dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing yang sedang dirasakan, sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menerapkan disiplin positif secara baik sesuai kesadaran diri (self awareness)
Penerapan PSE dalam Pembelajaran di Kelas
Dalam menerapkan PSE saat pembelajaran di kelas ada beberapa teknik yang dapat dilakukan, antara lain:
- Identifikasi perasaan
- Identifikasi emosi
- Melukis dengan jari
- Bermain peran (role play)
- Membuat jurnal diri
- Menulis ucapan terima kasih, dan lain-lain
Teknik ini dapat dipadukan ke dalam sebuah RPP yang berdiferensiasi sehingga diharapkan guru mampu menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi di kelas sesuai dengan gaya belajar murid, yaitu: visual, auditori, dan kinestetik, guna mewujudkan merdeka belajar.
Mindfulness
Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness). Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness),
perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan hati (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan.
Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa yang sedang dikerjakan dengan pikiran terbuka, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang penuh. Misalnya, seorang anak yang terlihat asyik bermain peran dengan menggunakan boneka tanpa terganggu oleh suara sekitarnya, murid yang sedang memainkan musik, menulis jurnal, menikmati alur cerita dalam bacaan, menikmati segelas teh hangat, atau menikmati pemandangan matahari terbenam, atau guru yang sedang mendengarkan murid dengan penuh perhatian. Intinya adalah adanya perhatian yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan.
Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, mendengarkan cerita, menghayati keindahan alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.
Hubungan KSE Dengan Profil Pelajar Pancasila
Pada saat ia harus mewujudkan idenya itu, maka ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki oleh mereka yang terlibat (gotong royong dan berkebinekaan global). Pada tahap ini, murid menerapkan KSE: kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Selanjutnya, ide yang dihasilkannya pun perlu lebih dulu mempertimbangkan iman dan akhlak beragama, akhlak kepada sesama, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara. Dalam situasi tersebut, ia telah menerapkan kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pada saat ia harus mewujudkan idenya itu, maka ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki oleh mereka yang terlibat (gotong royong dan berkebinekaan global). Pada tahap ini, murid menerapkan KSE: kesadaran sosial dan keterampilan berelasi.
- C. MENGINTEGRASIKAN DALAM PRAKTIK MENGAJAR DAN KURIKULUM AKADEMIK
- Â
- 1. PEMBUKAAN HANGAT Antara lain: Antara lain:
- * berikan kesempatan pada murid-murid untuk berbicara (suara)
- * mendengarkan aktif
- * memungkinkan interaksi/keterhubungan
- * menciptakan rasa memiliki
- * dapat menumbuhkan salah satu KSE
- 2. KEGIATAN INTI YANG MELIBATKAN MURID Antara lain:
- * diskusi akademik
- * setting kelas pembelajaran kooperatif
- * Pembelajaran berbasis projek
- * refleksi diri dan penilaian diri
- * pemberian suara dan pilihan
- 3. PENUTUPAN YANG OPTIMISTIK Antara lain:
- * apresiasi terhadap suatu praktik baik yang ditunjukkan, baik individu maupun kelompok/kelas
- * Mengambil kesimpulan/insight dalam pembelajaran
- * Tetapkan tujuan yang akan dilakukan dalam pertemuan berikutnya
- Â
 TERIMAKASIHÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H