Mohon tunggu...
Titien Sumarni
Titien Sumarni Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

Saya adalah seorang guru di seuah sekolah dasar yang memiliki kegemaran travelling dan menulis serta membaca novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mentari yang Selalu Diharapkan

25 Desember 2023   15:01 Diperbarui: 25 Desember 2023   15:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi Titien 2023

"selamat datang kembali ke kampung ini, Mila. Aku sangat senang dengan kehadiranmu. Apakah kamu masih mengingatku?". Sosok wanita cantik dengan jilbab merah itu tertawa senang memeluk Sarmila. Sarmila tergagap sejenak. Mencoba mengingat kembali siapa orang-orang yang demikian dekat dengan dirinya dan keluarganya kala itu.

"Aku Dewi. Tadi pak Ujang memberi tahu kami bahwa kamu sudah tiba di rumah ini,sehingga kami datang bersama untuk menemuimu". Beberapa orang bersam Dewi mengangguk tersenyum. Aku mengganggukkan kepala mengerti. Aku mencoba untuk mengingat kembali mereka satu persatu, sungguh waktu yang belasan tahun yang lalu membuat mereka kini tampil dalam keadaan yang berbeda. Sarmila menyalami mereka satu persatu dan memeluk Dewi dengan erat dan penuh kerinduan.

Mereka berbincang sambil sesekali tertawa mengingat masa kecil mereka dulu. Sungai adalah tempat yang terindah di masa itu untuk menghabiskan waktu. Sarmila dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak ketiak menceritakan saat dimana mereka pergi mandi dan pulang dalam keadaan basah kuyup serta terlambat. Mereka terlalu sering mendapat hukuman dari guru SD kala itu, hanya karena keasykan mandi di sungai saat jam istirahat atau lupa waktu saat menjelajah bukit di belakang sekolah demi mencari buah-buhan hutan yang mereka makan bersama di sekolah.

Beberapa teman Sarmila berpamitan karena sudah lama bercengkrama, kini tinggal Dewi dan Sarmila duduk berdua di ruang tamu keluarga yang luas. Sarmila meraih gelas jus yang masih penuh di depannya.

"Sekarang apa rencanamu, dan untuk berapa lama kamu akan tinggal di desa ini?". Dewi menatap wajah Sarmila dengan penuh arti. Ya, Sarmila memang hanya bisa mengandalkan Dewi selain pak Ujang di desa ini untuk membantunya melaksanakan apa yang di pesankan oleh almarhum ayahnya. Sarmila terdiam sejenak.

"Aku puny awaktu dua minggu, dan besok pagi bantu aku untuk menemui keluarga yang ada di foto ini". Sarmila menyodorkan beberapa buah foto yang terlihat sudah usang. Dewi tertawa geli melihat ke arah kumpulan foto yangSarmila sodorkan ke wajahnya.

"Mengapa ayahmu sangat ingin mempertemukan kamu dengan keluarga ini?" Dewi memeperhatikan satu persatu wajah di dalam foto itu. Sarmila meneguk jusnya hingga habis tanpa sisa. 

"Menyelesaikan hutang lama. Menurut almarhum ayahku wajib bertemu dengan mereka. Selanjutnya aku akan mendengarkan pesan dari mereka untuk menyelesaikan apa yang menjadi hutang diantara mereka dulu". Sarmila mengambil kembali foto-foto yang tadi diperhatikan oleh Dewi. Dewi menarik nafas panjang dan menyelonjorkan kakinya dengan leluasa.

"Baiklah, besok aku kan menjemputmu untuk bertemu dengan mereka. Tapi aku tidak yakin orang-orang yang ada di foto itu masih mengenalimu. Sebaiknya kita mengajak pak Ujang juga untuk menemani kita kesana. Menurut beberapa orang yang aku dengar keluarga itu sangat tertutup. Tentu mereka mungkin karna sangat selektif menerima tamu asing seperti kita". Dewi memaparkan panjang lebar tentang apa yang diketahuinya.

Sarmila mengerutkan kening menatap Dewi dengan banyak pertanyaan di kepalanya.

"Mengapa menatapku seperti itu?". Dewi menatap mata Sarmila tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun