Mohon tunggu...
Titiek Septiningsih
Titiek Septiningsih Mohon Tunggu... Lainnya - IRT yang merangkap sebagai ASN dan mencoba mengasah kemampuan menjadi penulis

5 tahun bergabung di Sekolahalam Bontang (2003-2008). Saat ini mengabdikan diri sebagai ASN di Kota Banjarbaru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seni PPDB Online

26 Juni 2024   09:42 Diperbarui: 26 Juni 2024   09:53 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://siap-ppdb.com/

Tahun ini, ketiga anak saya akan memasuki jenjang pendidikan yang baru. Si bungsu masuk PAUD, si tengah masuk SMP, dan si sulung masuk SMA.

Pendaftaran yang paling mudah dan mahal tentu saja si ... bungsu karena kedua kakaknya akan saya daftarkan di sekolah negeri. Untuk si bungsu saya harus membayar uang kegiatan, seragam (3 stel), sarpras, dan komite yang besarnya ... tidak perlu disebutkan ya, tebak sendiri. Saya tidak terlalu panjang membahas pendaftaran si bungsu karena prosesnya biasa saja, ngga ada seninya.

Nah, pendaftaran untuk kakak-kakaknya prosesnya lebih berwarna. Pertama, karena sekarang sistemnya daring. Kedua, karena ada jalur zonasi, mutasi orangtua, afirmasi, prestasi nilai rapor dan prestasi non akademis dengan presentasi zonasi 50%, mutasi orangtua 5%, afirmasi 15%, prestasi akademik dan non akademik masing-masing 15%.

Dibandingkan SMA, pendaftaran SMP untuk sekolah negeri lebih duluan prosesnya (di tempat saya lho, entah di tempat lain). Karena pendaftar hanya bisa memilih 1 sekolah negeri, maka harus dipikirkan benar-benar.

Rencananya si tengah mau saya daftarkan di sekolah yang dekat dengan tempat kerja supaya mudah antar-jemputnya. Masalahnya, itu di luar zonasi yang sudah ditetapkan. Sementara, untuk keluar zonasi, jalur yang bisa digunakan adalah jalur mutasi orang tua (dengan S&K tertentu), afirmasi, dan prestasi.

Jalur afirmasi jelas tidak bisa karena diperuntukkan untuk masyarakat yang kurang mampu. Jalur mutasi orang tua digunakan untuk orangtua yang mutasi minimal 6 bulan saat pendaftaran PPDB, dan anak kandung guru dan pegawai yang bertugas di sekolah tersebut. Saya kan tidak pernah mutasi ya, jadi jalur ini juga tidak saya gunakan.

Jalur berikutnya yang terpikir adalah jalur prestasi. Masalahnya, jalur prestasi dibuka setelah proses PPDB untuk jalur zonasi dan afirmasi sudah selesai dilaksanakan. Jadi kuota untuk jalur prestasi merupakan sisa kuota dari bangku yang tersedia.

Mulai deh tuh buka situsnya. Melihat SMP mana saja yang buka jalur prestasi. Ternyata tidak banyak. Kuota untuk sekolah yang lokasinya dekat dengan tempat kerja saya ada 2, dengan kuota 5 dan 25. Tentu saya memilih yang probabilitasnya lebih besar. Apalagi sertifikat prestasi non akademik yang akan saya lampirkan bukan prestasi tingkat kota/provinsi/nasional apalagi ASEAN. Hasilnya, bisa ditebak. Saat pengumuman nama si tengah tidak ada di sekolah manapun. Ketika saya menghubungi nara hubung dari Dinas Pendidikan disampaikanlah nama 3 buah sekolah yang setelah saya survei letaknya sangat jauh. Sudah terbayang absen saya akan akan banyak warna merahnya bila harus mengantar ke sana. Tapi, disarankan juga untuk menghubungi sekolah sesuai zonasi dengan pertimbangan akan ada calon siswa yang tidak melakukan daftar ulang.

Setelah menghubungi sekolah yang merupakan zonasi kami, dapat angin segar kalau mereka menambah satu rombongan belajar lagi, jadi beres deh pendaftaran untuk si tengah. Walau akhirnya kembali lagi ke zonasi, tapi tidak mengapa. Setidaknya saya jadi tahu alurnya.

Yang terakhir adalah pendaftaran PPDB SMA untuk si sulung. Ada 2 sekolah yang merupakan zonasi kami, sebut saja SMA A dan SMA B. Keduanya merupakan sekolah yang banyak diminati.

Keinginan untuk masuk SMA A lebih besar, karena kedua temannya juga mendaftar di sana. Dengan pertimbangan jarak Kelurahan kami ke SMA A yang berada paling ujung, maka si sulung mendaftar lewat jalur prestasi non akademik.

Untuk jalur prestasi non akademik di SMA A, selain melampirkan sertifikat ternyata ada juga Uji Kelayakan. Jadi, para calon siswa/siswi akan diuji berdasarkan sertifikat prestasi yang dilampirkan. Ada banyak prestasi yang ditampilkan anak-anak saat itu. Karate, berenang (di kolam renang milik Pemerintah), memanah, lari, menyanyi, PASKIBRA, tahfiz, menari, dll. Hasil akan diumumkan keesokan harinya melalui Surat Uji Kelayakan. Dalam bayangan saya di surat tersebut akan tertulis LAYAK/TIDAK LAYAK. Ternyata, di surat hanya mencantumkan nilai poin yang didapat oleh calon siswa/siswi berdasarkan sertifikat yang dilampirkan dan hasil uji kelayakan. Waduh, belum aman nih.

PPDB Online sendiri baru dibuka 3 hari setelah Uji Kelayakan tersebut. Nah, setelah selesai proses pendaftaran, jangan lega dulu. Karena akan ada seleksi nilai/jarak secara sistem. Untuk yang mendaftar melalui sistem zonasi akan diurut berdasarkan jarak terdekat dari sekolah. Artinya, yang jarak rumahnya paling jauh akan tereliminasi secara sistem ketika ada pendaftar baru yang jarak rumahnya lebih dekat. Begitu juga dengan yang mendaftar melalui jalur prestasi nilai rapor maupun non akademik.

Waktu 3 hari yang digunakan untuk masa pendaftaran merupakan waktu yang sangat menegangkan bagi saya sebagai orangtua. Oh iya, untuk pendaftaran SMA, calon siswa boleh memilih 2 SMA/SMK negeri dan 1 SMA/SMK swasta. Bila pilihannya SMA, maka pilihan 2 dan 3 nya juga harus SMA. Begitu juga bila memilih SMK.

Bagaimana bila kedua pilihan tidak ada yang masuk? Cabut berkas atau membiarkan Dinas Pendidikan memilihkan sekolahnya. Seribet itu? Iya. Jadi mengerti kan kenapa saya sedeg-degan itu menunggu hasil pengumumannya.

Sebenarnya selain 5 jalur di atas, ada satu jalur lagi yang bisa digunakan, yaitu jalur gaib. Melalui jalur ini, calon peserta didik sudah pasti diterima. Cukup merogoh kocek lebih dalam. Dan buat saya yang kantongnya tidak begitu dalam, jalur ini tidak ada di plan manapun.


Saat tulisan ini dibuat, nama si Sulung masih tepantau ada di list. Semoga sampai batas akhir pendaftaran, namanya tidak bergeser.

Terlepas diterima/tidaknya si sulung di SMA A, B, atau SMA lainnya. Saya menikmati prosesnya. Dan saya yakin di SMA manapun si sulung diterima, itu adalah sekolah terbaik baginya, bagi agamanya, dan bagi masa depannya kelak. Amiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun