Mohon tunggu...
Titiek Septiningsih
Titiek Septiningsih Mohon Tunggu... Lainnya - IRT yang merangkap sebagai ASN dan mencoba mengasah kemampuan menjadi penulis

5 tahun bergabung di Sekolahalam Bontang (2003-2008). Saat ini mengabdikan diri sebagai ASN di Kota Banjarbaru

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Budaya Pelayanan Publik di Mata Ignasius Jonan

10 Juni 2024   23:19 Diperbarui: 11 Juni 2024   12:27 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mau sedikit cerita kegiatan hari ini. Alhamdulillah diberi kesempatan menghadiri Rapat Koordinasi Nasional Ke-15 Komisi Informasi se-Indonesia, 10 Juni 2024 di Hotel Galaxy Banjarmasin yang salah satu kegiatannya adalah Seminar Nasional.

Ternyata salah satu narasumbernya adalah Bapak Ignasius Jonan. Tidak perlu dijelaskan ya siapa beliau.

Kekaguman saya sama sosok beliau bermula dari ketegasan beliau saat menolak pembangunan kereta cepat di Pulau Jawa. Menurut logika beliau pembangunan kereta cepat di Pulau Jawa memiliki sejumlah kekurangan dari aspek bisnis maupun operasional. Menurut beliau juga, Pulau Jawa tidak memerlukan kereta cepat, dan jarak Jakarta--Bandung dengan 5 stasiun di antaranya itu terlalu dekat untuk menggunakan kereta api cepat. Saat menjadi Menteri Perhubungan, beliau bahkan mengharamkan APBN digunakan untuk pembangunan kereta cepat Jakarta--Bandung.

Hari ini alhamdulilah dapat kesempatan mendengarkan paparan beliau walaupun disampaikan secara daring. Sedikit surprise sih karena di undangan yang akan menyampaikan materi bukan beliau, melainkan Bapak Sandiaga Uno. Tapi tidak jadi masalah yang penting materi dapat, uang perjalanan dinas dapat. Ha ha ha.

Materi yang disampaikan adalah "Budaya Pelayanan Publik di Zaman Digital."

Ada lima prinsip atau kultur yang beliau percaya harus ada dalam pelayanan publik.

Pertama, mengutip dari quote yang disampaikan oleh Charles Darwin, "It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent, but the one most responsive to change."

Tidak ada orang yang bisa menghadapi perubahan zaman kecuali orang yang responsif terhadap perubahan itu sendiri, bukan yang paling kuat atau cerdas.

Prinsip kedua, mengutip dari quote Napoleon, "If you build an army of 100 lions and their leader is a dog, in any fight, the lions will die like a dog. But if you build an army of 100 dogs and their leader is a lion, all dogs will fight as a lion."

Yang kita lakukan lebih banyak tergantung dari seorang pemimpin. Tidak masalah bila anak buah tidak hebat, karena mereka akan mengikuti kehebatan si Pemimpin.

Seorang pemimpin tidak perlu terlalu mengeluh terhadap siapa yang dipimpin. Ada yang enggak mampu, bahasa Inggrisnya tidak bagus, perspektifnya kurang baik, dll karena itu semua adalah tanggung jawab pemimpin dalam melaksanakan pelayanan publik.

Jadi kulturnya bukan menyalahkan orang, tapi menerima apa pun tugasnya atau siapa pun yang menjadi bawahan. Dan tugas pemimpin adalah membagi tugas kepada orang-orang yang dipimpin sesuai kemampuannya.

Sedikit cerita ketika Pak Jonan memimpin KIA tahun 2016, terdapat 40 ribu karyawan dengan 25 ribu diantaranya merupakan karyawan tetap yang statusnya merupakan PNS. 10.600 diantaranya pendidikannya adalah SD, 6.900 pendidikannya SLTP. Jadi pada saat itu 70 persen pegawai tetap KIA pendidikannya adalah SD dan SLTP. Kalau saat itu Pak Jonan menyerah dan menggerutu karena pendidikan orang-orang yang dipimpin sebagian besar hanya setingkat SD dan SLTP maka KIA tidak akan seperti sekarang. Apalagi saat itu ada permintaan modernisasi dan digitalisasi untuk perkeretaapian.

Kereta api yang dilihat sekarang adalah hasil modernisasi dari 70 persen yang anggotanya merupakan lulusan SD dan SLTP. Sebagai pemimpin jangan terlalu banyak mengeluh karena nothing is perfect. Semua lembaga, semua pelayanan publik tidak ada yang sempurna. Masa lalu tidak dapat diubah, karena itu jangan menoleh ke belakang tapi lakukan hal yang berarti untuk masa depan.

Prinsip ketiga, mengutip dari quote Margaret Chase. "Public service must be more than doing a job efficiently and honestly. It must be a complete dedication to the people and to the nation."

Pelayanan publik harus dengan passion. Ini adalah harapan dari 30 persen anak buah Pak Jonan yang pendidikannya SMA ke atas. Tanpa passion pelayan publik seperti robot, hanya mengikuti peraturan. Mengikuti peraturan itu wajib, tapi di level pimpinan eksekusinya harus lebih dari itu. Ubah mindset-nya dulu. Pelayanan dilakukan lebih dari sekadar efisiensi dan kejujuran. Karena itu tidak ada tanggal merah dalam KIA. Semua tanggalan adalah hitam alias tanpa libur.


Prinsip berikutnya mengutip dari quote Thomas Alfa Edison, "There is no substitute for hard work."

 "Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras." Seorang pemimpin tidak perlu banyak mengeluh atau menggerutu. Untuk mengubah peradaban harus kerja keras. Pendidikan penting, tapi kerja keras jauh lebih penting.

Quote berikutnya adalah "Strategy is important, but execution is everything'.
Strategi dan eksekusi. Kebanyakan di tingkat pimpinan atau pada karyawan yang tingkat pendidikannya tinggi, pintar membuat strategi, tapi eksekusi adalah hal yang berbeda.

Masyarakat sekarang (yang didominasi kaum muda) hanya ingin melihat apa hasil dari pelayanan publik, manfaatnya apa. Ekspektasi dan gaya kaum muda berbeda dengan kaum tua (generasi yang lahir di bawah tahun 70-an). Mereka tidak peduli bagaimana prosesnya, yang penting adalah hasilnya.

Kultur terakhir dalam pelayanan publik dan keterbukaan informasi mengutip dari pernyataan Winston Churchill,  "There is no worse mistake in public leadership than to hold out false hopes soon to be swept away."

Janjikan sesuatu yang dapat dilakukan. Jangan menjanjikan sesuatu yang tidak dapat dilakukan.

"Digitalisasi tidak seperti main play station."
Kegagalan transformasi digital disebabkan karena penerapannya disamakan dengan main play station. Padahal ada banyak hal yang perlu disiapkan sebelum menerapkan digitalisasi.

Pada slide akhir Pak Jonan memperlihatkan sebuah foto mobil listrik sedang mengisi daya pada tiang lampu penerangan jalan di samping tulisan "Thank You" yang biasanya ada pada akhir slide. Foto yang diambil beliau ketika berada di London pada tahun 2021. Apa istimewanya foto itu? Awalnya saya bahkan menyangka foto itu hanya pemanis sebuah slide. Ternyata saya keliru. Fotonya memang biasa, tapi cerita yang ada di balik foto itu yang luar biasa.

Melalui foto ini Pak Jonan ingin menjelaskan betapa efisiennya Inggris dalam menerapkan kultur mobil listrik dengan memanfaatkan tiang lampu jalanan yang dibuat sekitar tahun 50-60an. Yang ditekankan Pak Jonan melalui gambar ini adalah efisiensi, jadi fokusnya bukan pada pembiayaan yang luar biasa tapi pada pemanfaatan dan efisiensinya.
 
Sebuah pertanyaan menggelitik dilemparkan beliau, "Selama kamu bekerja, siapa yang memberi makan kamu?" (Pertanyaan untuk semua yang bekerja pada badan publik).

Bila jawabannya adalah pemerintah, maka orientasi pelayanan tidak akan ke masyarakat. Tapi bila jawabannya adalah rakyat karena 70% APBN bersumber dari uang pajak dan retribusi maka dalam bekerja pun akan bersungguh-sungguh berorientasi pada kepuasan masyarakat. Mindset ini yang harus ditanamkan bila ingin pelayanan publik menjadi baik.

Kalau dikaitkan dengan UU Keterbukaan Informasi, dimana masih banyak badan publik yang tidak terbuka dalam menyampaikan DPA (Dokumen Penggunaan Anggaran) beserta pertanggungjawabannya bisa jadi disebabkan karena badan publik tidak merasa kalau anggaran yang digunakan adalah uang rakyat sehingga tidak merasa wajib menyampaikannya pada rakyat.

Terakhir, saya hanya ingin menyampaikan terima kasih sudah berbagi ilmu. Sukses terus untuk Pak Jonan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun