Mohon tunggu...
Titiek Septiningsih
Titiek Septiningsih Mohon Tunggu... Lainnya - IRT yang merangkap sebagai ASN dan mencoba mengasah kemampuan menjadi penulis

5 tahun bergabung di Sekolahalam Bontang (2003-2008). Saat ini mengabdikan diri sebagai ASN di Kota Banjarbaru

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengubah Pola Pikir dalam Menjaga Stabilitas Keuangan

29 Juni 2020   13:42 Diperbarui: 29 Juni 2020   13:50 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Shutterstocks
Ilustrasi : Shutterstocks

Sudah tahu kan kalau bank merupakan unit usaha yang memiliki ketergantungan sumber dana dari masyarakat dalam operasionalnya? Ketidakstabilan sistem keuangan menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat pada perbankan. Akibatnya terjadi kegagalan pada sistem perbankan yang akan berimplikasi kepada perekonomian Indonesia.

Komunikasi yang efektif menjadi hal yang penting dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan publik. Komunikasi yang efektif dapat membuat transmisi kebijakan Bank Indonesia  dapat diterima oleh semua pihak, baik investor, dunia usaha, maupun masyarakat. Komunikasi efektif juga membuat informasi yang diterima masyarakat tidak setengah-setengah yang mengakibatkan gagal paham.

Apakah menjaga Stabilitas Sistem Keuangan hanya tugas Bank Indonesia?

Secara teori iya. Tapi, sebenarnya kita pun dapat turut berpartisipasi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. 

Bagaimana caranya?

Sebelum menjawab ini, masih ingat enggak dengan unggahan di media sosial yang sempat viral di awal-awal pandemi?

Tentang curhat seorang karyawan swasta yang memiliki gaji dua puluh juta per bulan dan hanya dibayar separuhnya selama pandemi. Sementara yang bersangkutan harus membayar cicilan mobil 4,5 juta per bulan, cicilan KPR lima juta per bulan. Sehingga penghasilannya hanya tersisa 500 ribu.

sumber : media sosial
sumber : media sosial

Apa yang bisa dipelajari dari hal ini? Kita tidak pernah tahu bagaimana keadaan keuangan kita di masa depan, karena itu menyediakan "payung" dengan mengelola semua aset yang dimiliki dengan lebih teratur dan terencana. Misalnya : untuk keperluan sehari-hari kita menginvestasikan dengan menabung di tabungan reguler. Untuk keperluan jangka panjang, seperti pendidikan anak kita bisa menggunakan deposito atau tabungan pendidikan. Demikian pula bila ingin naik haji, berkurban, dll. 

Perlu diingat, sistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, infrastruktur keuangan, perusahaan non keuangan dan rumah tangga yang saling berinteraksi dalam pendanaan dan/atau penyediaan pembiayaan pertumbuhan perekonomian. Jadi, rumah tangga juga termasuk dalam sistem keuangan.

Umumnya, dalam keadaan "nyaman", perilaku konsumtif rumah tangga akan meningkat, termasuk pertumbuhan kredit yang berakibat pada tingginya tingkat hutang masyarakat. Dalam contoh unggahan viral di atas, terlihat bahwa total cicilan per bulan hampir 50% dari total pendapatan. Itu baru cicilan besarnya lho. Biasanya masih ada cicilan-cicilan lain (baca kredit) yang jumlahnya tidak seberapa namun jika ditotal jumlahnya cukup fantastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun