Mohon tunggu...
Titiek Septiningsih
Titiek Septiningsih Mohon Tunggu... Lainnya - IRT yang merangkap sebagai ASN dan mencoba mengasah kemampuan menjadi penulis

5 tahun bergabung di Sekolahalam Bontang (2003-2008). Saat ini mengabdikan diri sebagai ASN di Kota Banjarbaru

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Corona, WHO, dan Sejarah yang Terlupakan

18 April 2020   23:04 Diperbarui: 19 April 2020   04:43 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekarang, keyakinan saya semakin bertambah apalagi setelah dapat sedikit gambaran tentang isi buku "Saatnya Dunia Berubah" yang ditulis oleh DR. Dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP(K), mantan Menteri Kesehatan di era SBY. Bahwa terjadi konspirasi antara negara adikuasa dan badan kesehatan dunia  dalam penyebaran virus flu burung di tahun 2006.

dokpri
dokpri
Dijelaskan bahwa kasus klaster di Tanah Karo, Sumatera Utara dimana 7 dari 8 bersaudara meninggal karena flu burung. Hal ini membuat ahli dari WHO Indonesia yang sebagian besar epidemiolog menyimpulkan bahwa klaster yang terjadi di Tanah Karo adalah suatu kejadian penularan antar manusia.

WHO Indonesia bahkan meyakinkan wartawan dalam dan luar negeri bahwa terjadi penularan flu burung antar manusia di Indonesia, hingga CNN menjadikan berita ini sebagai headline news.

Lalu dilakukanlah sequencing spesimen virus H5N1 yang berasal dari Tanah Karo di lembaga Eijkmen serta teguran kepada WHO Indonesia. 

Hal ini dilakukan karena Ibu Siti Fadilah menyadari dampak yang ditimbulkan bila isu ini dipercaya dapat sangat dahsyat. Negara akan diisolasi, detak ekonomi akan berhenti, serta bisnis pariwisata akan tamat. 

Kejadian selanjutnya seperti yang sudah diketahui bersama, WHO menarik pernyataannya tentang pandemi di Indonesia dan ekonomi Indonesia tetap stabil. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi Indonesia saat ini.

Sebagai orang awam saya berusaha berpikir positif bahwa mungkin kasus flu burung di tahun 2006 berbeda dengan Corona di tahun 2020 sehingga penanganannyapun berbeda. 

Apapun itu, tidak ada salahnya belajar dari sejarah penangan flu burung di Indonesia. Setidaknya dapat membuka wawasan bahwa di dunia ini ada banyak hal yang tidak kita ketahui dan tanpa ilmu serta keberanian kita hanya akan menjadi boneka orang-orang "kuat".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun