Apakah kekuatanku di tanah tandus yang berlekuk? Tanah yang tidak pernah dilintasi manusia. Tertatih kuberjalan membawa kakiku ke tanah yang subur, ingin tumbuh sebagai pokok anggur pilihan, sebagai benih yang sungguh murni, sembari berjanji tidak akan menukar kemuliaanNya: “Tertegun aku atas hal itu, hai Langit yang penuh cinta!”
Menggigil dan gemetar aku karena begitu merindukannya, ayah dan dirimu, Langit!
Penuh mimpi mencari penggantimu dengan menjadi pohon anggur liar, mencuci diriku dengan air abu berkali-kali, menghindar dari singa muda baik hati dengan harapan tidak memusnahkan rindunya kepadaku, mengagungkan kasih yang pernah ada dengan doa mulianya;*Langit, mungkinkah darah daraku dapat melupakan perhiasan masa mudaku, membuang jauh dan melupakan ikat pinggang pengantinku, serta mengatur jalan untuk mencari perteduhan?**
Dapatkah debu bersyukur dan memberitakan sebuah kesetiaan?
[caption id="attachment_76857" align="alignnone" width="500" caption="Salam buat sahabat nurani yang telah mengukir aksara rindu di tiap titik embun pagi di sepanjang tahun-tahun hidupku dengan sebuah keyakinanku dirinya juga selalu menyayangi dan merindukanku dalam setiap desah dan helaian doanya.."][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H