Savanah ingin sore ini bersamamu, berbicara tentang mimpi yang semakin bersembunyi dibalik senja. Mungkin juga sekedar saling menatap dan membiarkan sunyi menjadi kita diantara langit yang pernah ada. Meski tanpa limpahan mayora intan kantabharana namun limpahan kasih dan rindu pernah memenuhi hati kita.
Kembali jam mengaduh pilu. Kembali Savanah terhempas ke titik impas itu, titik nol mencapai minus waktu. Pertemuanmu dengan Savanah adalah tarian ombak dan angin di bawah awan yang melunaskan rindu! langit pernah berwarna biru tosca cerah di atas kita dan petir menggelegar ketika langit berarak pergi di balik awan, banjir besar menghadang saat rindu langit yang pernah begitu memanja Savanah dalam cinta..
Apakah benar dia pernah merindukanku? Tanya Savanah sendu. Jawab langit; ’Mengapa selalu ada rindu dalam batinmu yang merana oleh kuluman cintanya?; Di tanggal ini di alamku tiga ratus enam puluh lima hari yang lalu;” aku kangen dia langit”, kata Savanah; “sungguh aku kangen dia”; kata Savanah lagi, saat langit menatap tanpa pernah berani memegang jemari Savanah. Memandang fotonya saja tidak bisa mengurangi rasa kangenku’ kata Savanah. Langit biru muda. Saat hari di tanggal yang sama; saat resah pada batin Savanah yang merintih; “satu tahun sejak kepergianmu kangenku tak pernah lenyap kepadanya, Langit!”.
Kangen adalah rindu akan seorang kekasih yang cantik, bukan?; kangen Savanah akan seorang teruna tampan.. ambigu luar biasa. Savanah dengan bola mata manja bagai sepasang merpati putih bercerita kepada Langit; 'pertama bertemu; tak henti menatap; sekilas menegur; saling kagum; kemudian berpisah; memakai baju ungu yang membawa rindu untuk kembali bertemu dan ingin bertemu lagi'.
Rahasia alam kehidupan datang kembali dengan membawa rindu bergairah semangat cinta; dengan mengenakan batik ungu lembut tanda kasih jiwa; menambah tampan dan gagah sang teruna. Langit tersenyum lembut penuh arti mendengarnya. "Savanah menerimanya dalam rindu; dalam diam; dalam sentuhan;dalam kuluman; dalam segala yang Savanah inginkan darinya, Langit!"; saat-saat tertentu langit tak lepas dari mimpi Savanah; dengan baju ungu lagi Savanah ingin ziarah ke kuburnya. Savanah tahu Langit ingin Savanah mencintai dirinya sendiri. Langit berkata saat-saat terakhir Savanah makin menjauhi tanpa sebab; jika kau rindu; ketukan jari manismu di jendela polos yang berembun yang menjadi manna jiwamu; menggantikan aku dan almarhum ayah; karena langit telah tahu dia akan berarak pergi kebalik awan tanpa pernah kembali, 'Kesempurnaan hidup adalah bahwa kita tidaklah sempurna"; hidup adalah bahagia yang diraih dengan karya; dan ‘setiap karya adalah doa’: Langit bangga sekali akan samudera kata-kata Savanah; mendorong Savanah terus berkarya; meski hanya sebait puisi pasti mampu memberi makna bagi jiwa. ‘Jaga dirimu baik-baik, Savanah; jangan takut dan berkecil hati; jangan pernah menyakiti hatinya lagi dan hati siapapun juga; semua menyukaimu; bersahabat baik dengannya dan dengan siapa saja; dia tidak pernah marah dan membencimu, Savanah sayang!’.
Savanah tahu kekasih telah pamit meninggalkan bahasa rindu; rindu yang hanya dinikmati Savanah dalam diam; tetapi apapun bentuk rindu itu:, rindu Savanah tetap sesuatu yang indah; rindu yang akan selalu Savanah nikmati keindahannya seperti sebuah lagu bayang air mengalir lembut. Rindu yang kadang seperti lagu ombak yang dinyanyikan kepada angin; tetap sunyi pada saat yang sama; rindu adalah sunyi yang dinyanyikan oleh orang-orang yang mencinta dan tetap mencinta; rindu yang adalah waktu; kadang melintas sekelebat seperti pencuri yang bersijingkat; seperti dentang yang bermetamorfosa menjadi rasa yang ruah membanjiri dada dan mengilhami setiap baris puisi cinta Savanah.
Bukankah rindu sesuatu penyatuan seperti matahari yang menyatu dalam dekapan lazuardi horizon?. Rindu seperti tarian ombak dan angin; kolaborasi yang tak ada tetapi ada dan terasa; rindu itu kelam seperti langit biru kelam saat ini diatas kita; menyergap lembut ke relung jiwa Savanah; diam-diam kembali Savanah menangis lembut di antara serpihan cinta Langit yang tak berbatas dengan samudera jiwa Savanah. Savanah kembali menggores lukisan rindu; selalu setia menerawangi langit; mungkin selamanya. Selamanya Savanah akan tersesat perihal cinta satu rasa tak tergantikan kepadanya; jauh lebih utama dari getaran hati Savanah yang semakin melangkah pasti dan tetap menatap pada satu rindu.
Suatu malam sunyi sepi, hening dan kudus penuh doa di Wisma BKPM Puncak Cipanas, Jawa Barat
TiekLOVIndie
12.10.2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H